Tbilisi (ANTARA News) - Kelompok hak asasi manusia (HAM) internasional, Human Rights Watch, melaporkan bahwa pada Jumat mereka memiliki bukti yang memperlihatkan pesawat Rusia menjatuhkan bom klaster di Georgia, termasuk di kota Gori, yang menewaskan sedikit-dikitnya 11 warga sipil. Organisasi lembaga swadaya masyarakat yang bermarks di New York, Amerika Serikat (AS), itu mengatakan bahwa yang tewas termasuk satu wartawan Belanda dan ada puluhan orang lagi telah terluka. Human Rights Watch mengatakan, penelitinya telah berbicara pada dokter dan korban serta telah menguji bukti fotografis yang menyebabkan mereka untuk menyimpulkan bom curah itu telah digunakan di Gori dan kota Ruisi yang berdekatan, di selatan Ossetia Selatan. "Bom klaster merupakan pembunuh tidak pandang bulu yang sebagian besar negara setuju untuk menyatakanya sebagai tidak sah," kata Marc Garlasco, pengamat senior militer Human Rights Watch, dalam satu pernyataan. "Penggunaan senjata ini oleh Rusia tidak hanya mematikan warga sipil, tapi juga menghina upaya internasional untuk menghindari bencana kemanusiaan global yang diakibatkan oleh semacam ranjau darat itu." Seorang komandan senior Risia membantaj tuduhan itu Jumat. Lapornm bom curah itu merupakan "kebohongan yang dipersiapkan dengan baik", wakil kepal staf jenderal Rusia, Anatoly Nogovityn, mengatakan dalam konferensi pers yang disiarkan televisi. Dijatuhkan dari pesawat atau ditembakkan dari artileri, bom curah itu meledak di tengah-udara, menghamburkan pil bom. Bom itu menimbulkan ancaman kekal karena tablet bom itu gagal meledak dengan pengaruh dan tindakan seperti ranjau darat. Konferensi internasional penting yang melarang amunisi klaster yang secara resmi telah disahkan oleh 111 negara di Irlandia Mei sebagai tindakan yang penyelenggaranya harapkan akan membuat stigma senjata mematikan itu sesungguhnya ranjau darat. Rusia dan Georgia tidak mengambil bagian. "Ini penggunaan bom klaster pertama kali yang diketahui sejak 2006, pada saat perang Israel dengan Hizbullah di Libanon," kata kelompok HAM itu. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008