Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Indonesia dan Maroko menyepakati empat nota kesepahaman (MoU) bidang perindustrian, kelautan dan perikanan, penanggulangan terorisme, serta pertukaran informasi intelijen keuangan terkait pencucian uang dan pendanaan terorisme.

Penandatanganan empat MoU tersebut dilaksanakan di Gedung Pancasila, Jakarta, Senin, usai pertemuan bilateral Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi dan Menteri Luar Negeri Maroko Nasser Bourita---dengan disaksikan sejumlah pihak diantaranya Kementerian Perindustrian, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), serta Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK).

Kunjungan Menlu Bourita adalah kunjungan pertama menteri luar negeri asing sejak Kabinet Indonesia Maju diumumkan pada 24 Oktober 2019.

"Maroko adalah sahabat lama dan mitra penting Indonesia di Afrika Utara," kata Menlu Retno saat menyampaikan pernyataan pers bersama Menlu Bourita.

Dalam pertemuan dengan Menlu Bourita, Menlu Retno menyampaikan pentingnya kedua negara segera memulai negosiasi perjanjian perdagangan istimewa  (preferential trade agreement/PTA). Dengan adanya perjanjian tersebut, hambatan tarif perdagangan antara Indonesia dan Maroko dapat dihilangkan.

Baca juga: Indonesia-Maroko mulai perundingan PTA

Baca juga: Indonesia-Maroko jajaki peningkatan volume perdagangan


Selain itu, Menlu Retno juga menyampaikan keinginan Indonesia untuk memperluas pasar produk manufaktur unggulan yang mempunyai potensi cukup besar di pasar Maroko yaitu tekstil, karet, sepatu, elektronik, perabot rumah tangga, dan furnitur.

"Saya juga menawarkan kesiapan Indonesia untuk menyuplai minyak sawit, teh, dan kopi bagi kebutuhan dalam negeri Maroko," kata Menlu Retno.

Kepada Bourita, Retno memperkenalkan industri halal yang juga potensial untuk dikerjasamakan. Pada 2017, nilai industri halal Indonesia sebesar 2,1 triliun dolar AS dan diperkirakan mencapai 3 triliun dolar AS pada 2023.

Baca juga: Indonesia-Maroko identifikasi produk potensial untuk tingkatkan perdagangan

"Saya secara khusus mengundang Maroko untuk berpartisipasi dalam Halal Summit di Indonesia pada November 2020," tutur dia.

Lebih lanjut, kedua menlu membahas kerja sama bidang vaksin dan farmasi, pembangunan infrastruktur dan transportasi oleh BUMN Indonesia di Maroko, serta penjajakan usaha patungan (joint venture) antara perusahaan pupuk untuk investasi fosfat.

Selain kerja sama bilateral, Menlu Retno dan Menlu Bourita membahas sejumlah isu kawasan dan internasional, termasuk situasi di Timur Tengah.

"Saya tegaskan, Indonesia ingin Timur Tengah menjadi kawasan yang damai, stabil, dan sejahtera. Tidak akan ada perdamaian dunia jika tidak ada perdamaian di Timur Tengah," kata Retno.

Untuk isu Sahara Barat, Indonesia mendorong semua pihak berdialog dan mendukung proses yang diprakarsai PBB untuk solusi damai, sedangkan untuk isu Palestina, Indonesia kembali menekankan pentingnya implementasi solusi dua negara untuk menciptakan perdamaian yang lestari.

"Sebagai dua negara Muslim, kita berkomitmen untuk mempromosikan wajah Islam yang moderat, toleran, dan rahmatan lil alamin," kata Retno.

Baca juga: Menlu Maroko harapkan kemajuan hubungan bilateral dengan Indonesia

Baca juga: Menag Maroko puji kualitas Indonesia sebagai bangsa

Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Copyright © ANTARA 2019