Jakarta (ANTARA News) - Sedikitnya 25 perusahaan pengolahan ikan yang berlokasi di kawasan Pelabuhan Perikanan Samudera Jakarta (PPSJ), Nizam Zachman mulai memindahkan lokasi usahanya ke wilayah lain karena kondisi pelabuhan yang buruk. Kepala PPSJ Nizam Zachman, Bambang Sutejo di Jakarta, Kamis mengatakan, saat ini terdapat 129 perusahaan pengolahan di kawasan pelabuhan yang berlokasi di Muara Baru Jakarta itu. Namun, tambahnya, sejak delapan bulan terakhir kondisi kawasan pelabuhan perikanan yang dibangung pada 1984 itu selalu dilanda air pasang sehingga jalan-jalan maupun infrastruktur lain tergenang dan mengalami kerusakan. "Hal itu disebabkan air tanah disedot oleh apartemen-apartemen yang ada di sekitarnya sehingga tanah di pelabuhan turun akibatnya air laut masuk," katanya. Terlihat air setinggi 30 cm menggenai jalan-jalan di kawasan pelabuhan perikanan tersebut selain itu jalanan yang terbuat dari paving block juga terlihat bergelombang sehingga sulit dilalui kendaraan. Tak hanya itu, kondisi kawasan industri perikanan itu juga terlihat kumuh dan kotor bahkan tercium bau yang tidak enak. Oleh karena itu, menurut dia, pihaknya merencanakan perbaikan dan rehabilitasi jalan-jalan, saluran air, dermaga maupun "breakwater" atau pemecah ombak selama 3 tahun ke depan. Bambang mengatakan, rehabilitasi infrastruktur di PPSJ yang memiliki luas 110 hektar tersebut akan menggunakan dana dari Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) sebesar Rp260 miliyar. "Setelah dilakukan rehabilitasi diharapkan perusahaan yang saat ini relokasi akan kembali ke sini," katanya di sela ruwatan pelabuhan. Pada kesempatan itu dia juga mengatakan, saat ini jumlah kapal perikanan yang mendaratkan ikan di pelabuhan tersebut mencapai 15-20 kapal per hari dengan hasil tangkapan sekitar 50 ton. Menurut dia, selama Juli-Oktober biasanya merupakan bulan yang baik untuk penangkapan ikan pelagis (yang hidup di laut dangkal) sehingga jumlah kapal yang mendarat meningkat terutama untuk jenis pursein. Oleh karena itu, setelah pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) beberapa bulan lalu banyak nelayan yang beralih dari kapal "longline" ke "pursein".(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008