New York, (ANTARA News) - Harga minyak dunia kembali meroket tinggi pada Kamis waktu setempat, atau Jumat pagi WIB, karena para pedagang mengikuti ketegangan geopolitik antara Amerika Serikat dan Rusia, melemahnya dolar AS dan penurunan besar cadangan bahan bakar minyak di AS. Menurut kantor berita AFP, kontrak berjangka minyak utama New York, minyak mentah jenis "light sweet" untuk pengiriman Oktober, sempat melambung lebih dari enam dolar AS menjadi 122,04 dolar AS per barrel dalam perdagangan Kamis, sebuah level yang terakhir terlihat pada awal Agustus. Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Oktober, mengalami "rally" serupa ke posisi tertinggi dua pekan pada 120,93 dolar AS. Kontrak New York berakhir ditutup naik 5,62 dolar AS pada 121,18 dolar AS sementara Brent naik 5,80 dolar AS menjadi mantap pada 120,16 dolar AS. "Harga telah meningkat ..... di tengah ketegangan geopolitik baru antara AS dan Rusia, dengan terakhir menyuarakan perasaan tidak senangnya setelah AS-Polandia menyepakati untuk penempatan stasiun pertahanan rudal AS di Polandia, yang tidak disukai Rusia," kata analis Barclays Capital. Rusia dengan keras menentang rencana Washington untuk menempatkan elemen sistem pertahanan rudal di Polandia dan Republik Czech. Dalam waktu yang sama, Washington dan Moskow juga berselisih setelah militer Rusia mengintervensi di Georgia. "Minyak mentah berjangka meningkat, memperpanjang kenaikan dari kemarin di tengah melemahnya dolar dan berlanjutnya kecemasan geopolitik," kata analis dari perusahaan Sucden, Andrey Kryuchenkov. "Penolakan diplomatik terakhir Rusia atas Georgia ... telah menjadi satu isyarat lagi bagi para investor dari sensitifnya pasar terhadap semua jenis risiko geopolitik," kata dia. "Termasuk berlanjutnya ketegangan di Timur Tengah dan kerusuhan di Nigeria." Sementara melemahnya mata uang AS, mendorong permintaan untuk minyak mentah yang dihargakan dalam dolar, yang menjadi lebih murah bagi para investor pemegang mata uang kuat. Harga minyak telah ditutup menguat pada Rabu, setelah departemen energi AS melaporkan cadangan bensin AS merosot 6,2 juta barrel pada pekan terakhir, dibandingkan dengan ekspektasi pasar yang hanya turun 2,4 juta barrel. Stok bensin dipantai dengan cermat pada musim panas karena banyak orang Amerika yang bepergian menggunakan kendaraan bermotor untuk berlibur, yang biasanya akan mendorong permintaan bensin meningkat. Harga minyak telah ditutup naik lebih dari satu dolar AS pada Selasa, setelah anggota OPEC Venezuela mengatakan akan meminta kartel pada pertemuan September untuk menurunkan produksinya, jika tekanan penurunan harga terus berlanjut. Meski baru-baru ini naik, harga minyak duni telah jatuh tajam dari rekor tertingginya di atas 147 dolar AS pada 11 Juli karena melemahnya pertumbuhan ekonomi menghambat permintaan energi global. Para pedagang mengatakan perhatian meningkat tentang posisi apa yang akan diambil Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) pada pertemuan September. OPEC yang distir Arab Suadi, memproduksi sekitar 40 persen dari minyak mentah dunia. Kryuchenkov mengatakan harga akan mendapat dukungan dari "pembicaraan bahwa OPEC dapat memangkas produksinya pada tahun ini, menyusul koreksi turun harga minyak baru-baru ini."(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008