Singapura, (ANTARA News) - Harga minyak berada di kisaran 121 dolar AS per barel, Jumat, sehari setelah kenaikan terbesar dalam tiga bulan terakhir. Kondisi itu terjadi karena kembali melemahnya dolar AS dan meningkatnya ketegangan antara AS dan Rusia yang membuat investor kehilangan seleranya. Kontrak minyak jenis ringan di AS turun 10 sen menjadi 121,08 dolar AS per barel pada 0222 GMT, setelah, Kamis, melonjak mendekati lima persen karena sebagian besar harga komoditas membaik. Harga minyak Laut Utara, Brent di London, naik 12 sen mejadi 120,28 dolar per barel. Rusia, eksporter terbesar kedua minyak dunia, Kamis, mengatakan akan merespon lebih dari hanya sekedar protes diplomatik terhadap kesepakatan AS denga Polandia untuk menempatkan misil AS di negara Eropa itu. Sementara itu, dolar, Jumat, terpincang-pincang setelah menderita akibat penurunan terbesar dalam sehari selama sehari dalam lima lima bulan, ketika beberapa pedagang nampak kembali mempertahankan posisi jangka panjang mereka di komoditas atau jangka pendek di dolar karena memuncaknya kesuraman atas sektor keuangan AS, yang menekan dolar dari posisi tertinggi selama delapan bulan terakhir pada awal bulan ini. "Harga minyak dipegaruhi penurunan kembali dolar dan ketegangan diplomtik antara AS dan Rusia," kata David Moore, commodity strategist dari the Commonwealth Bank of Australia. Jumat, harga minyak kembali membaik lebih dari 9 dolar dari posisi terendah selama empat bulan, mengakhiri penurunan dramatis lebih dari 35 dolar dari rekor tertinggi 147,27 dolar per barel pda 11 Juli yang dipicu oleh kekhawatiran mengenai melambatnya pertumbuhan permintaan dunia. Sementara itu, permintaan minyak China selama Juli nampaknya paling besar dalam dua tahun terakhir, sebelum menghentikan impor diesel setelah olimpiade dan menunjukkan buruknya konsumsi dari Jepang sampai AS dan Eropa yang tidak memperhatikan harga. Namun perhatian beralih beberapa pekan terakhir dari kondisi fundamental ke resiko geopolitik. Konflik Rusia dengan Georgia yang mengganggu pengiriman minyak Axeri di kawasan itu dan ketakuatan kalangan pedagang bahwa ondisi ini akan memburuk. Gedung Putih, Kamis, meminta agar Rusia menarik kekuatan militernya dari Georgia dengan mengatakan Moskow mengorbankan komitmennya. ***8*** Rusia tidak menunjukkan tanda-tanda menarik seluruh kekuatan militernya dari Georgia dan dilaporkan NATO memberitahukan mereka menghentikan hubungan militernya, kata pejabat AS. Kalangan dealer juga mulai mempertanyakan kemungkinan kebijakan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) pada pertemuan 9 September dan kemunculan badai tropis Fay yang kemungkinan memasuki kawasan Teluk meksiko selama akhir pekan, demikian diwartakan Reuters.(*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008