Jakarta (ANTARA News) - Pengamat energi Pri Agung Rakmanto mengatakan, rencana PT Pertamina (Persero) menaikkan harga elpiji 12 kg menjelang puasa mencerminkan sikap mementingkan diri sendiri. "Meskipun argumen bahwa harga menuju keekonomian mungkin saja tepat," kata Pri Agung Rakmanto di Jakarta, Minggu, menanggapi keputusan Pertamina menaikkan harga elpiji 12 kg pada Senin (25/8). Pri mengatakan, kenaikan harga elpiji yang terus-menerus menunjukkan Pertamina dan juga pemerintah cenderung tidak sensitif dan hanya memikirkan kepentingan sendiri. Menurut dia, Pertamina tidak tepat menaikkan harga elpiji tanpa sosialisasi terlebih dahulu dan baru saja menaikkannya. "Apalagi dilakukan justru ketika kecenderungan harga minyak sedang turun seperti sekarang ini," katanya. Menurut dia, tidak seharusnya Departemen ESDM lepas tangan, karena struktur pasar elpiji masih monopoli alamiah, karena hanya ada satu pelaku yakni Pertamina. "Maka, tidak seharusnya kewenangan harga diserahkan begitu saja ke mekanisme pasar yang dalam hal ini Pertamina," katanya. Harga elpiji, katanya, semestinya diatur dan ditetapkan pemerintah sampai pasar benar-benar terbuka bagi pemain lain. Pri mengatakan, Pertamina mesti ingat aset yang sedemikian besar tidaklah karena semata hasil keringat sendiri, melainkan pemberian negara atau juga milik rakyat. "Jadi, dalam mengambil keputusan jangan hanya dari sisi bisnis yang menguntungkan saja," katanya. Pertamina mulai Senin (25/8) kembali menaikkan harga jual elpiji kemasan 12 kg sebesar 9,5 persen dari Rp5.250 per kg menjadi Rp5.750. Sebelumnya, per 1 Juli 2008, harga sudah naik dari dari Rp4.250 menjadi Rp5.250 per kg. Pertamina juga berencana menaikkan harga elpiji 12 kg sebesar Rp500 per bulan sampai harga keekonomian yang sekarang mencapai Rp11.400 per kg. Akibat masih menjual di bawah harga keekonomian, Pertamina masih merugi sekitar Rp6,5 triliun per tahun dalam bisnis elpiji.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008