Kupang, (ANTARA News) - Setiap hujan lebat adalah tanda berakhirnya belajar mengajar. Jika gerimis, guru membuka payung sedangkan murid berkumpul di bawah atap yang tinggal sebagian saja, persis seperti bioskop terbuka yang "misbar" (gerimis bubar) di zaman dulu. Kegiatan belajar mengajar (KBM) di SD Inpres Malaka Barat, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT) berlangsung di bawah ancaman ambruknya gedung sekolah dasar tersebut. Atap seng gedung sekolah itu bergelantungan dan dindingnya nyaris roboh sejak dua tahun lalu ketika sebuah pohon kelapa tumbang menimpa sekolah yang terletak sekitar 90 km selatan Atambua, ibukota Kabupaten Belu. "Jika hujan lebat, anak-anak kami liburkan. Jika hanya rintik-rintik, para guru menggunakan payung serta siswa berkumpul pada naungan atap gedung yang masih utuh agar tidak menganggu KBM," kata Nicolaus, Wakil Kepala SD Inpres Wemean di Kecamatan Malaka Barat itu di Atambua, Senin. Menurut dia, sudah lima kali proposal diampaikan ke Dinas Pendidikan Kabupaten Belu di Atambua untuk perbaikan gedung, namun sudah hampir dua tahun ini belum juga ada jawaban dari pemerintah kabupaten. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Belu, Patrisius Asa ketika dikonfirmasi mengenai masalah ini memilih tidak berkomentar, namun ia menyalahkan pihak sekolah karena tidak melaporkan masalah tersebut langsung ke pemerintah kabupaten. "Seharusnya pihak sekolah langsung melaporkan kepada pemerintah kabupaten agar langsung ditanggulangi melalui alokasi dana tanggap darurat," ujarnya. Nicolaus kecewa berat dengan sikap Dinas Pendidikan Kabupaten Belu karena sudah lima kali menyampaikan hal itu secara tertulis kepada dinas tersebut. "Sudah lima kali kami sampaikan masalah ini kepada Dinas Pendidikan Kabupaten Belu, namun sama sekali tidak digubris. Dua tahun berlalu, kami tetap pasrah dengan keadaan yang kami hadapi," katanya. Aula sekolah terpaksa dimanfaatkan untuk dua kelas belajar sehingga kegiatan belajar mengajar tidak efektif bagi sekolah yang menampung sekitar 180 siswa itu.(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008