New York, (ANTARA News) - Harga minyak dunia kembali turun menyusul kekhawatiran dunia tentang bakal berkurangnya permintaan akibat melonjaknya ongkos bahan bakar yang dinilai terlalu memberatkan konsumen dan kemungkinan menurunnya pasokan akibat badai tropis di Karibia. Awal pekan ini harga minyak menyentuh 114,25 dolar AS per barel atau 34 sen lebih rendah dibanding penutupan Jumat yang turun 5,4 persen atau penurunan terbesar dalam sehari sejak 27 Desember 2007. Harga Minyak Brent Laut Utara yang menjadi patokan dunia turun 31 sen menjadi 113,61 dolar per barel. Harga minyak dunia merosot setelah mencapai rekor tertinggi 147 dolar pada 11 Juli 2008 karena AS dan negara-negara konsumen minyak lainnya mengkhawatirkan lonjakan harga akan menurunkan permintaan. Pusat Badai Nasional AS memperkirakan, dua dari enam badai sedang bergerak menuju baratlaut Teluk Meksiko, padahal kawasan ini adalah pusat produksi minyak dan gas AS. Empat badai lainnya bergerak menuju Belize atau Semenanjung Yucatan. Kekhawatiran pada badai ini juga menjadi faktor pemicu menguatnya kurs dolar AS di awal sesi perdagangan Senin. Sebelum ini, investor mengalihkan portofolio ke komoditas (diantaranya minyak) untuk mengantisipasi dampak inflasi dan depresiasi dolar AS. "Apresiasi dolar AS seharusnya membuat harga minyak mentah turun banyak, ironisnya kekhawatiran bakal datangnya badai di Laut karibialah yang justru membuat harga miyak turun," kata Phil Flynn dari Alaron Trading, Chicago. Selain badai di Karibia, hubungan tegang Barat dan Rusia gara-gara Georgia dan rencana negara-negara pengekspor minyak (OPEC) untuk bertemu pada 9 September 2008 dengan agenda memangkas produksi, juga menjadi pemicu turunnya harga minyak kali ini. Rusia yang mulai menarik pasukannya dari Georgia pekan lalu mengatakan, tentaranya akan berpatroli di pelabuhan Georgia di Laut Hitam. Manuver ini seolah menantang desakan Barat agar Rusia menarik semua kekuatan militernya di Georgia. DPR Rusia (Duma) bahkan telah meminta Kremlin mengakui kemerdekaan dua kawasan yang sedang memberontak terhadap Georgia. Alhasil, hubungan Rusia-Barat kian memburuk. Sementara itu, menteri perminyakan Iran memperkirakan, OPEC tengah mempersiapkan skenario turunnya harga minyak dengan mengkaji kembali kelebihan pasokan pada pertemuan 9 September di Wina, Austria. Salah satu anggota OPEC, Venezuela, juga telah mengisyaratkan untuk membahas pemangkasan produksi minyak pada dalam pertemuan Wina jika harga minyak cenderung terus turun. Namun, sumber-sumber di OPEC justru menyebutkan organisasi ini lebih suka mempertahankan kebijakan tidak mengubah kuota produksi. Sebaliknya, sebuah konsultan industri logistik perminyakan di New York percaya bahwa OPEC yang memasok dua pertiga kebutuhan minyak dunia itu akan meningkatkan produksinya Agustus ini.(*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2008