Amman, Jordania (ANTARA) - Presiden Suriah Bashar al-Assad pada Kamis (31/10) mengatakan sasaran akhir pemerintahnya ialah memulihkan kekuasaan negara atas daerah yang dikuasai Suku Kurdi di bagian timur-laut Suriah setelah penarikan mendadak tentara AS.

Namun ia menduga itu akan berlangsung secara bertahap. Di dalam satu wawancara televisi, Bashar juga mengatakan kesepakatan antara Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk mengusir milisi YPG, pimpinan Suku Kurdi, dari "zona aman" 30-kilometer di sepanjang perbatasan adalah "langkah positif yang akan membantu Damaskus mencapai sasarannya".

"Itu mungkin tidak mencapai apa-apa ... itu melicinkan jalan bagi pembebasan daerah ini dan dalam waktu dekat saya harap," kata Bashar, sebagaimana dikutip Reuters --yang dipantau Antara di Jakarta, Jumat. Ia masih memerintah di Damaskus sepanjang perang saudara delapan-tahun dengan dukungan Rusia dan Iran.

Milisi Kurdi, YPG --yang bersekutu dengan AS, mencapai kesepakatan dengan Damaskus untuk mempertahankan posisi di dekat perbatasan, setelah pengumuman Presiden AS Donald Trump pada awal Oktober bahwa ia akan menarik pasukan AS dari bagian timur-laut Suriah. YPG adalah unsur utama Pasukan Demokratik Suriah (SDF) --yang telah mengalahkan IS di wilayah tersebut.

Penarikan AS itu melicinkan jalan buat serangan Turki terhadap Suku Kurdi dan membuat mereka merasa ditinggalkan oleh Amerika Serikat serta memaksa mereka mencapai kesepakatan dengan Damaskus untuk membantu mereka melawan pasukan Turki. Ankara memandang YPG sebagai satu organisasi teroris akibat hubungannya dengan gerilyawan Kurdi di Turki Tenggara.

Bashar juga mengatakan keputusan Trump untuk mempertahankan sedikit tentara AS di daerah Suriah yang dikuasai Suku Kurdi, tempat mereka memiliki minyak --yang memperlihatkan Washington adalah kekuatan kolonial yang harus pergi segera setelah rakyat Suriah melawan pendudukan mereka seperti di Irak.

Tapi ia mengatakan negaranya tak bisa memiliki kekuasaan sangat besar seperti Amerika Serikat dan berakhirnya kehadiran tentara Amerika di tanah Suriah tak bisa dicapai dengan cepat.

Bashar mengatakan Trump adalah "presiden terbaik Amerika" karena "transparansi lengkapnya" mengenai keinginan untuk mempertahankan kendali atas ladang minyak utama Suriah di Provisni Deir Az-Zor.

Tentara AS telah memulai penggelaran di provinsi tersebut melalui koordinasi dengan SDF untuk meningkatkan keamanan dan melanjutkan perang melawan sisa anggota IS, kata seorang juru bicara militer AS pada Kamis (31/10).

Banyak diplomat mengatakan keputusan AS untuk mencegah ladang minyak jatuh kembali ke dalam kekuasaan pemerintah akan membuat Damaskus kehilangan jutaan dolar AS --kebanyakan dari hasil penjualan minyak-- dan memastikan sekutu Kurdi menjadi sumber utama penghasilan untuk memerintahkan daerah yang dikuasainya.

Suku Kurdi takkan diminta untuk segera menyerahkan senjata mereka ketika militer Suriah memasuki daerah mereka dalam kesepakatan akhir dengan mereka, yang mengembalikan kekuasaan negara ke wilayah luas yang sekarang mereka kuasai, kata Bashar di dalam wawancara itu.

Sumber: Reuters

Baca juga: Suriah tuduh Amerika Serikat dukung kelompok teror
Baca juga: Amerika Serikat terpecah akibat kebijakan Rusia di Suriah
Baca juga: Bashar al Asaad minta bantuan internasional pulihkan Palmyra

Penerjemah: Chaidar Abdullah
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2019