Jayapura (ANTARA) - Bupati Tolikara Usman G. Wanimbo menurunkan tim untuk memastikan informasi yang beredar di media sosial melalui salah satu akun pribadi seorang intelektual Tolikara berinisial WW yang menyatakan terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) kematian anak kecil berturut-turut di Distrik Kembu, KabupatenTolikara, Papua.

Bupati Usman kepada ANTARA, Jumat, menyatakan menurunkan tim yang dipimpin Asisten I Sekda Tolikara, Panus Kogoya didampingi Sekretaris Dinas Kesehatan Tolikara Yusak Totok Krido dan Sekretaris Satpol PP Tolikara Wemban Kogoya.

Tim yang diturunkan menemui dokter dan tenaga kesehatan di Puskesmas Kembu. Selain itu, tim juga menemui para Pendeta Jemaat GIDI di wilayah Kembu guna mengecek langsung kebenaran Informasi KLB kematian berturut-berturut anak-anak yang tersebar pada Senin (28/10) pekan lalu.

Informasi yang beredar itu tidak jelas sumbernya. Bupati Usman mengaku, menurunkan untuk mengecek kebenaran di Distrik Kembu pada Selasa (29/10).

"Hari Sabtu yang lalu saya melihat di salah satu akun milik seorang intelektual asal Distrik Kembu berinisial WW menyatakan kejadian luar biasa (KLB), dimana ada anak-anak meninggal sehingga saya memerintahkan Asisten I untuk turun mengecek langsung di lapangan karena berita KLB adalah masalah sensitif di bidang kesehatan," ujarnya.

Baca juga: Dr Soeko Marsetiyo layani masyarakat yang belum tersentuh kesehatan

Baca juga: Polres Tolikara gelar razia sajam jaga situasi kondusif

Baca juga: Kapolres Puncak Jaya: Senpi dari KKSB rampasan dari Polsek Tolikara


Menurut Bupati Usman, KLB sering digunakan di Indonesia sebagai akibat timbulnya atau meningkatnya peristiwa kematian manusia berturut-turut dalam kurun waktu tertentu.

Suatu kejadian dinyatakan Luar Biasa jika ada unsur timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada dan meningkatnya kematian manusia terus- menerus dengan jumlah penderita baru meningkat dibanding dengan jumlah rata- rata per bulan sebelumnya.

"Kami menyambut baik adanya informasi dan kritikan dari kaum intelektual Tolikara melalui berbagai media, namun informasi atau kritik dan saran yang disampaikan harus proporsional dan seimbang," ujarnya.

Apa bila menyampaikan informasi kejadian luar biasa, kata Bupati, sepatutnya dengan data yang akurat misalnya penyakit apa, jam, hari, bulan dan tahun tentu bekerjasama dengan dokter atau para medis yang bertugas di daerah, sehingga sebuah informasi itu bisa dipertanggungjawabkan.

"Tim kami yang turun di Kembu telah mempertemukan WW dengan dokter dan tenaga medis, juga dengan pendeta Gereja wilayah Kembu, namun para tidak pernah berkoordinasi dengan WW sehingga informasi yang disampaikan itu tidak benar," ujarnya.

Bupati Usman berkomitmen akan menerjunkan tim lebih besar dan lengkap dengan tenaga medis tambahan dari Karubaga untuk menyisir rumah-rumah warga Kembu guna memastikan apakah ada masyarakat Kembu menderita sakit atau tidak.

Sementara itu, dokter Richard Beteg yang juga Kepala Puskesmas Kembu menyatakan berdasarkan data, empat bulan terakhir ini, pasien mendatangi Puskesmas Kembu untuk berobat tidak meningkat.

Pasien berobat rata-rata sakit batuk berdahak, terdapat juga biji-biji di tenggorokan, kondisi ini dialami masyarakat Kembu karena perubahan cuaca selain itu kebiasaan masyarakat hidup di honai membuat tungku api di tengah honai tanpa ventilasi atau jendela untuk mengeluarkan asap.

Kondisi ini membuat masyarakat di pegunungan lebih rentan dengan penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut).

"Kami dengar kabar satu pasien anak meninggal di rumah keluarga. Pasien ini diantar orang tua setelah kondisi kesehatan sudah memburuk, pertolongan intensif sudah dilakukan, namun tidak tertolong sehingga pasien anak kecil ini meninggal," kata dokter Richard Beteng.

Dia mengatakan, sebenarnya tidak ada bayi yang meninggal secara berturut-turut. Apabila ada, tentu para pendeta dari Gereja melaporkan kepada kepala distrik untuk diteruskan kepada petugas kesehatan di puskesmas, juga kepada Bupati melalui bawahannya.

Namun, hingga kini kondisi kesehatan masyarakat Kembu pada umumnya masih baik sesuai data pengobatan di Puskesmas kembu.

"Kami minta kerjasama aparat kampung dan juga Distrik Kembu jika ada kedapatan pasien yang sakit segeralah dibawa ke Puskesmas agar mendapat perawatan intensif dari Puskesmas," ujarnya.*

Pewarta: Musa Abubar
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019