Singapura (ANTARA News) - Harga minyak dunia naik tajam di Asia, Kamis, di tengah ancaman badai tropis atas instalasi minyak di Teluk Meksiko dan data cadangan yang kurang menggebirakan, para analis menyatakan. Kontrak utama minyak jenis ringan untuk pengiriman Oktober di New York naik 55 sen menjadi 118,70 dolar AS per barel, setelah naik 1,88 dolar menjadi 118,15 dolar pada penutupan perdagangan di Bursa Komoditas New York, Rabu. Harga minyak Laut Utara, Brent, untuk pengiriman Oktober lebih tinggi 27 sen menjadi 116,49 dolar. Kontrak itu naik 1,59 dolar untuk bertahan di 116,22 dolar di London, Rabu. Menurut Dave Ernsberger, direktur Asia pada penyedia informasi energi dunia, Platts, di Singapore, harga di Asia hanya naik tipis dari penutupan Rabu. "Bagi saya, pasar menunjukkan tanda-tanda lesu" setelah harga minyak mentah turun 24 persen hanya sekitar sebulan, katanya kepada AFP. Harga turun dari rekor tertinggi di atas 147 dolar per barel pada awal Juli setelah melonjak dari 100 dolar pada awal tahun. Kalangan analis mengatakan gejolak ekonomi di AS, konsumen energi terbesar dunia, membuat permintaan minyak sedikit berkurang. Ancaman badai tropis Gustav, seiring denga data terakhir dari Departemen Energi AS, mengakibatkan reaksi pasar lebih besar, kata Ernsberger. "Orang hanya sedang tidak berminat untuk membeli minyak beberapa hari ini," katanya. Namun kalangan trader tetap memberi perhatian pada Gustav yang dapat berubah menjadi badai kuat dan bergerak menuju kawasan Teluk pada akhir pekan ini. Teluk Meksiko memproduksi sekitar 26 persen dari minyak AS dan 11 persen dariproduksi gas alam negara itu. Pada 2006, badai Katrina dan Rita merusak atau menghancurkan sekitar 165 anjungan minyak di 4.000 lokasi di teluk itu. Raksasa minyak kerajaan Royal Dutch Sheel, Rabu, mengatakan mereka akan mulai "mengevakuasi pegawainya yang tidak penting bagi produksi dan operasi pengeboran di teluk." Departemen Energi AS mengatakan persediaan minyak mentahnya turun 100.000 barel pekan lalu, meski kebanyakan analis memperkirakan kenaikan 2,2 juta barel. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008