Jakarta (ANTARA News) - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Purnomo Yusgiantoro mengatakan bahwa kesepakatan harga ekspor gas lapangan Tangguh ke China yang dinilai sangat murah sudah sesuai dengan biaya murah eksplorasi lapangan tersebut. "Tangguh itu waktu diputuskan biayanya juga murah. Bayangkan saja British Petroleum berani berinvestasi Rp55 triliun, kalau itu proyek rugi mana dia mau," kata Purnomo usai sidang kabinet paripurna di Kantor Presiden Jakarta, Kamis. Purnomo juga menjelaskan bahwa kesepakatan harga jual gas sebesar 3,8 dolar AS/MMBTU itu sudah sesuai dengan perhitungan harga minyak dunia yang diperkirakan hanya mencapai 25 dolar AS per barel. "Harganya pakai formula juga. Cuma harga minyak waktu itu berkisar antara 10 sampai 20 dolar AS per barel. Jadi hitungannya dipatok 25 dolar AS per barel. Kita tidak pernah tahu harga minyak melonjak," katanya. Purnomo mengatakan meski ada klausul untuk penyesuaian harga jual setelah empat tahun pengiriman gas, Purnomo menyetujui agar pemerintah melakukan renegosiasi harga jual gas Tangguh tersebut. "Pengiriman baru tahun depan. Memang sekarang ada baiknya itu dinegosiasi. Untuk cara yang terbaik," katanya. Purnomo juga mengatakan rendahnya harga jual gas Tangguh itu bisa menimbulkan kerugian negara karena kondisi waktu itu tidak bisa melihat perkembangan yang akan terjadi. "Jadi itu adalah dinamika perkembangan situasi. Antisipasinya pun sudah ada. Tetapi tidak pernah kita dapat dari para analis bahwa harga berubah dan melonjak setinggi itu," katanya. Sebelumnya Wapres Jusuf Kalla mengatakan kontrak penjualan gas Tangguh ke China sebagai kontrak terparah dan terjelek dalam sejarah perminyaka n Indonesia karena harga yang sangat rendah. (*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008