Jakarta (ANTARA News) - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menyerukan adanya restrukturisasi arah dan kebijakan ekonomi untuk meraih peluang pertumbuhan sektor riil lebih tinggi guna mengatasi masalah kemiskinan dan pengangguran di dalam negeri. Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Industri, Teknologi, dan Kelautan, Rachmat Gobel, di Jakarta, Kamis, mengatakan dibandingkan negara berkembang lain, Indonesia termasuk beruntung karena memiliki pasar dalam negeri yang besar serta sumber daya yang beragam baik di darat maupun di laut, sehingga lonjakan harga minyak serta komoditas pertanian dan pertambangan seharusnya bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan nilai tambah perekonomian. "Berdasarkan kajian terbaru Bank Dunia tahun 2008, kenaikan harga komoditas berpengaruh positif bagi Indonesia, sebaliknya negatif bagi China, Thailand, Philipina, Laos, dan Kamboja, yang menderita kerugian netto dan cukup mengerus daya saing mereka," kata Rachmat. Oleh karena itu, lanjut dia, saat ini adalah momentum yang sangat tepat bagi Indonesia untuk melakukan restrukturisasi arah dan kebijakan perekonomian. Kadin mengharapkan semua pihak berupaya agar setiap langkah dan kebijakan baik di tataran mikro maupun makro benar-benar mengacu kepada pembentukan struktur perekonomian nasional yang lebih tangguh dalam menghadapi perkembangan perekonomian global. "Jika masalah-masalah struktural yang menghambat dunia usaha bisa diatasi, sangat terbuka peluang bagi kita untuk menarik lebih banyak lagi investasi asing langsung. Masalah struktural yang mendesak diatasi antara lain pembangungan infrastruktur dasar, konsistensi kebijakan pemerintah, dan mewujudkan implementasi dengan kerja sama erat antara pemerintah dan dunia usaha menuju pembangunan bersinambung," kata Rachmat. Terkait dengan restrukturisasi arah dan kebijakan ekonomi yang lebih mengarah pada keseimbangan pembangunan ekonomi makro dan mikro khususnya sektor riil, Kadin Indonesia Bidang Bidang Industri, Teknologi dan Kelautan akan menggelar rapat kerja nasional (Rakornas) pada 29-30 Agustus 2008 yang akan membahas prospek perekonomian, serta arah dan sasaran kebijakan yang perlu diambil dalam menghadapi tantangan yang kian berat akibat lonjakan harga minyak dunia dan lemahnya infrastruktur di dalam negeri. "Rakornas itu bertujuan untuk memperkuat saran dan rekomendasi Kadin kepada antar pelaku ekonomi bidang industri, teknologi, dan kelautan, serta pada instansi pemerintah berkaitan dengan permasalahan mendasar di bidang tersebut pada saat ini dan masa datang," ujar Rachmat. Pada rakornas kali ini, Kadin Indonesia Bidang Industri, Teknologi, dan Kelautan mengambil tema "Penguatan Pasar Dalam Negeri dan Penajaman Strategi Ekspor Komoditas Unggulan, Melalui Peningkatan Daya Saing Industri, Teknologi dan Kelautan." Rakornas tersebut diadakan lima tahun sekali dan kali ini merupakan rakornas terakhir pada masa kepengurusan Kadin Indonesia 2004-2009. "Masalah besar yang dihadapi perekonomian bangsa ini dalam beberapa tahun ke depan adalah bagaimana mengelola berbagai risiko terkait dengan harga minyak dan komoditas yang masih tetap tinggi, dan lemahnya dukungan infrastruktur," ujar Rachmat yang berharap hasil rakornas bisa menjadi masukan pada pemerintah saat ini dan mendatang untuk membangun perekonomian nasional yang lebih maju. Namun ia menilai saat ini kondisi perekonomian Indonesia saat ini jauh lebih kuat dibandingkan keadaan 10 tahun lalu yaitu, setelah krisis moneter 1998 lalu. Namun kinerja perekonomian nasional yang terlihat dari angka-angka pertumbuhan makro yang baik, dinilainya masih belum mampu mengatasi pengangguran dan kemiskinan yang masih tergolong tinggi. "Selama ini meski sudah terlihat kehendak politik (`political will`) yang cukup baik untuk menciptakan kerjasama pemerintah dengan dunia usaha, namun itu belum sampai pada tataran kebijakan dan implementasinya," katanya.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008