Singapura (ANTARA News) - Harga minyak membaik di perdagangan Asia, Jumat, karena kalangan trader tetap menaruh perhatian pada gerakan badai menuju Teluk Meksiko dan berbagai instalasi minyak penting, kalangan analis menyatakan. Kontrak utama minyak jenis ringan untuk pengiriman Oktober di New York naik 1,29 dolar AS menjadi 116,88 dolar per barel setelah anjlok 2,56 dolar menjadi 115,59 dolar pada penutupan perdagangan di New York, Kamis. Minyak Laut Utara, Brent, untuk Oktober naik 99 se menjadi 115,16 dolar per barel. Kontrak turun 2,05 dolar untuk bertahan di 114,17 dolar di London, Kamis. "Kami masih mengkhawatirkan dampak badai pada pasar," kata Ken Hasegawa, manajer desk energi di kantor pialang Newedge Japan di Tokyo. Dia mengatakan badai membantu kenaikan harga selama tiga hari. Sekitar seperempat dari instalasi minyak mentah AS berlokasi di Teluk Meksiko. Badai tropis Gustav mengancaman karena kekuatannya bertambah sebelum memasuki teluk selama akhir pekan. Badai itu diperkirakan masuk ke daratan di Lousiana dan Texas, Minggu, demikian menurut Pusat Badai Nasional AS, seperti dilaporkan AFP. Perusahaan perminyakan Inggris, BP, dan rivalnya dari AS, ConocoPhilips dan Shell, mengatakan mereka mengevakuasi pekerja dari instalasi energi mereka di Teluk Meksiko menjelang badai muncul. Ancaman Gustav memunculkan kembali memori terhadap badai Katrina dan Rita pada 2005 yang menghancurkan dan merusak sekitar 165 dari 4.000 anjungan minyak di teluk itu. Mike Fitzpatrick dari MF Global mengatakan Meskipun kerusakan dari badai ini kecil namun itu tetap berdampak cukup besar karena terbatasnya kapasitas. "Lingkungan yang kapasitasnya terbatas berarti setiap kehilangan satu barrel minyak di pasar akan diperhitungkan, terutama di belahan Utara yang musim dinginnya sudah mendekat," katanya. Hasegawa mengatakan pasar juga mendapat doongan dari posisi penutupan jangka pendek menjelang hari libur buruh, Senin, ketika perdagangan di AS ditutup. Kalangan trader berada dala posisi "jangka pendek" ketika mereka menjual kelebihan saham untuk mengantisipasi penjualan ketika harga jatuh. Harga minyak dunia turun dari rekor di atas 147 dolar per barel diawal Juli setelah melonjak dari 100 dolar di awal tahun. Kalangan analis mengatakan pergulatan ekonomi di AS, sebagai konsumen energi terbesar di dunia, telah menurunkan permintaan minyak. (*)

Copyright © ANTARA 2008