Jakarta (ANTARA News) - Hingga kini jumlah pelaku agribisnis terutama dari industri besar di tanah air dinilai masih rendah, meskipun Indonesia merupakan negara agraris. Menteri Pertanian, Anton Apriyantono di Jakarta, Jumat, menyatakan kondisi tersebut disebabkan masih tingginya persepsi bahwa usaha di sektor agribisnis tidak menguntungkan. "Belum banyak yang tahu jika usaha agribisnis itu menguntungkan," katanya pada soft launching kegiatan Agrinex International Expo 2009. Menurut dia, negara maju seperti Singapura yang tidak memiliki sumber daya alam, justru banyak mempunyai pelaku agribisnis skala besar. Negara pulau tersebut, tambahnya, mengambil sumber daya alam pertanian dari negara lain kemudian diolah dan diekspor sebagai produk Singapura dengan nilai tambah yang lebih besar. Tak hanya itu, Anton menyatakan, petani yang memiliki lahan jagung seluas 10 hektar akan meraup pendapatan Rp200 juta per tahun jika setiap hektar mengasilkan Rp10 juta dengan dua kali tanam setahun. Selain itu, banyaknya pengusaha dari negara lain yang berminat ivestasi agribisnis di Indonesia menunjukkan bahwa sektor usaha tersebut sebenarnya sangat potensial dan prospektif. "Yang diperlukan saat ini adalah merubah citra pertanian dengan menonjolkan sisi yang baik," katanya. Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Erwin Aksa menyatakan keyakinannya usaha agribisnis saat ini memiliki prospek yang bagus. Menurut dia, meningkatnya harga komoditas pangan di tingkat dunia saat ini merupakan peluang yang bagus untuk mengembangkan usaha agribisnis di tanah air. Sementara itu, Ketua panitia Agrinex Expo 2009, Rifda Ammarina menyatakan, pameran produk pertanian tersebut dimaksudkan untuk mempromosikan sektor agribisnis di tanah air.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008