Kuala Lumpur (ANTARA News) - Para ustadz atau ulama Indonesia selama bulan Ramadhan banyak mengisi ceramah dan menjadi imam masjid di Malaysia. Ketua PKB untuk Malaysia Magfur Machrodji, Ustadz Miftah asal Jakarta, dan Ketua PPI (Persatuan Pelajar Indonesia) Malaysia Irfan Syauqi Beik, mengemukakan hal itu dalam wawancara terpisah di Kuala Lumpur, Senin. "Sudah lama ustadz WNI, baik mereka yang sudah tinggal lama di Malaysia dan sudah mendapatkan permanent resident, memberikan ceramah di surau-surau Malaysia. Beberapa ustadz kita sudah populer di Malaysia," kata Magfur. "Misalnya, Ustadz Ahmad Muaidi Rofi`ih asal Madura, Ustadz Tunggul Wahidin, ustadz Syarif asal Bawean. Mereka termasuk yang sering memberikan ceramah di surau-surau Malaysia. Jadi bukan hanya TKI, atau artis musik Indonesia laku keras di Malaysia. Ketika bulan Ramadhan pun, ustadz dan ulama kita laku keras di Malaysia," kata Magfur yang sudah memiliki ijin tinggal tetap (permanent resident )dan sudah 25 tahun bermukim di Malaysia. Ustad Miftah, asal Jakarta, yang sudah 15 tahun tinggal di Malaysia, membenarkan pernyataannya. "Jadwal saya sejak hari pertama hingga hari raya Idul Fitri, Alhamdulillah sudah penuh," katanya. Sebagai penceramah, ia mengakui tidak terhitung jumlah penceramah atau ulama Indonesia yang sering memberikan siraman rohani dari masjid ke masjid di Malaysia. Sebagai salah seorang dosen di Universiti Islam Antarbangsa (UIA), Miftah mengemukakan, banyak sekali dosen di UIA yang WNI maupun mahasiswa S2 atau S3 menjadi penceramah atau imam masjid di Malaysia, apalagi selama bulan Ramadhan ini. Ketika ditanya, mengapa banyak WNI memberikan ceramah di Malaysia, Miftah mengatakan, karena kemampuan (kapasitas) mereka banyak diminta ceramah atau berikan siraman rohani bagi masyarakat Malaysia selama bulan suci ini. "Rakyat Malaysia banyak yang berguru ke Indonesia. Banyak juga yang membaca buku-buku Islam terbitan Indonesia. Mereka bisa menerima dan senang dengan ustads atau guru agama asal Indonesia," tambah dia. Malaysia memang banyak mengirim mahasiswa ke Mesir dan Arab Saudi, tapi banyak yang memilih menjadi guru agama di SD, SMP atau jadi dosen yang pendapatannya tetap dan masa depan terjamin. Jarang mereka mau pilih menjadi penceramah yang penghasilannya tidak pasti," ujar dia sambil bergurau. Salah seorang dosen fakultas ekonomi Dr Ugi Suharto mengakui, ia lebih sering menjadi imam masjid daripada penceramah. "Sekali dua kali saya diminta berceramah, tapi kebanyakan menjadi imam masjid karena saya menjadi imam masjid di perumahan saya di Shah Alam, Selangor," kata Dr Ugi yang menjadi dosen di universitas Islam bergengsi itu. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008