Jakarta (ANTARA News) - Departemen Perindustrian (Depperin) mengusulkan perubahan tata niaga gula agar mengikuti tata niaga beras yaitu dengan melibatkan Perum Bulog dalam mengelola stok gula yang dihasilkan oleh PT Perkebunan Nusantara (PTPN). "Salah satu usulan Depperin selain restrukturisasi pabrik gula untuk meningkatkan kualitas gula juga agar Bulog diikutsertakan untuk membeli gula PTPN," kata Menteri Perindustrian Fahmi Idris sebelum rapat koordinasi terbatas tentang pergulaan di kantor Menteri Koordinator Perekonomian, Jakarta, Senin. Menurut Fahmi, Perum Bulog dapat menjaga harga gula agar tidak jatuh ketika stok berlebihan seperti fungsinya dalam menahan harga gabah petani saat panen. "Intinya, sekarang stok gula tinggi sekali, tapi harga gula jatuh. Itu yang dirisaukan petani dan produsen," ujarnya. Harga tender gula oleh PTPN di bawah Harga Patokan Pembelian (HPP) yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp5.000 per kg. Stok gula hingga akhir Mei 2008 sebesar 775.557 ton yang terdiri dari gula kristal putih sebesar 571. 800 ton dan rafinasi sebesar 203.737. "Akhir bulan Agustus lebih kurang sama sehingga stok akhir 2008 lebih tinggi dari awal 2008," tuturnya. Stok gula nasional diperkirakan mencapai 1,2 juta ton pada awal 2009 sedangkan idealnya cukup sebanyak 660.000 ton untuk kebutuhan tiga bulan pertama 2009. "Masalah lainnya adalah kenapa gula di PTPN tidak ada yang membeli? Ini masalah kualitasnya. Pabrik gula kita ada yang ICUMSAnya (tingkat warna gula) 600, warnanya sampai coklat, konsumen memilih yang putih," jelasnya. Oleh karena itu, Depperin mengusulkan restrukturisasi kebun tebu dan pabrik gula PTPN sehingga pada 2014 tidak perlu lagi impor gula kristal putih maupun gula kasar (raw sugar) untuk industri gula rafinasi. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008