New York (ANTARA News) - Dolar AS terdorog naik pada Selasa waktu setempat, atau Rabu pagi WIB, oleh penurunan harga minyak, sementara euro terpukul ke posisi terendah enam bulan di tengah ekspektasi penurunan suku bunga di zona euro dan menguatnya pertumbuhan di Amerika Serikat. Sementara sterling berada di bawah tekanan berat setelah Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) memproyeksikan sebuah resesi di Inggris pada tahun ini. Mata uang tunggal Eropa jatuh ke posisi terendah 1,4467 dolar, terendah sejak 12 Februari. Pada 2100 GMT euro dikutip pada 1,4517 dolar dibandingkan dengan 1,4606 dolar pada akhir Senin di London. Pasar AS tutup pada Senin untuk libur hari buruh nasional. Pound terpukul ke rekor terendah di tengah euro mencapai posisi terendah terhadap dolar dalam lebih dari dua tahun. Sterling diperdagangkan pada 1,7829 dolar dari 1,8218 dolar dan euro naik menjadi 81,42 pence dari 81,11 pence. Di tempat lain, yen turun tipis setelah pada Senin Perdana Menteri Jepang Yasuo Fukuda mengundurkan diri. Sebagian dari melemahnya euro terhadap dolar AS diterangkan oleh ekspektasi bahwa Bank Sentral Eropa (ECB) akan perlu mempertimbangkan sebuah penurunan suku bunga sesegara kemudian. "Jika harga minyak turun, asumsi bahwa ECB sangat sedikit berbalik menaikkna suku bunga Juli, akan memuncak dan terus membebani pada euro," kata ekonom dari Calyon, Stuart Bennett pada Selasa. Harga minyak yang telah naik tajam tahun ini dan memicu inflasi, turun tajam pada Selasa menjadi di bawah 105 dolar AS untuk pertam kalinya dalam empat bulan, karena kekhawatiran terhadap Badai Gustav menurun. Kontrak utama New York, minyak mentah "light sweet" untuk pengiriman Oktober, jatuh 5,75 dolar AS dari Jumat menjadi ditutup pada 109,71 dolar AS per barrel. Harga minyak sempat jatuh ke posisi terendah perdagangan harian pada 105,46 dolar AS. "Jatuhnya harga minyak telah mendorong rebound yang dramatis pada dolar," kata Ed Yardeni dari Yardeni Research. "Itu bukan kejadian yang kebetulan. Saya yakin penurunan tajam harga minyak akan mendorong dolar terus menguat." OECD, dalam laporan yang dirilis Selasa, menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi AS untuk tahun ini menjadi 1,8 persen dari prediksi sebelumnya 1,2 persen. Sebaliknya, OECD menurunkan proyeksi untuk zona euro, Jepang dan Inggris. "Pasar sekarang fokus pada lebih lemahnya ekonomi-ekonomi lainnya dari pada AS. Di sana berkembang kajian bahwa mata uang akan terus melemah terhadap dolar AS," kata Hosokawa analis dari Chuo Mitsui Trust Bank . Bank Sentral Inggris juga diperkirakan akan mempertahankan suku bunga utamanya tidak berubah pada Kamis, namun di sana berkembang spekulasi juga akan mendorong penurunan suku bunga. Dalam perdagangan terakhir di New York, dolar berada pada 1,1063 franc Swiss naik dari 1,1023 franc pada Senin.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008