Moskow (ANTARA News) - Presiden Rusia Dmitry Medvedev mengatakan, ia tidak lagi menganggap timpalannya dari Georgia Mikheil Saakashvili sebagai pemimpin Georgia seraya menyebutnya sebagai "mayat politik". "Bagi kami rezim Georgia sekarang telah runtuh. Presiden Saakashvili tidak lagi ada di mata saya. Ia adalah mayat politik," kata Medvedev. Medvedev melontarkan pernyataan keras ini ketika menjawab pertanyaan wartawan stasiun RAI Italia mengenai kemungkinan keikutsertaan Rusia dalam konferensi tentang Kaukasus di Roma dalam beberapa pekan yang akan datang di mana Saakashvili juga akan menghadirinya. Medvedev mengatakan bahwa Moskow siap untuk berbicara dengan masyarakat internasional "mengenai semua macam masalah, termasuk resolusi pasca-konflik di wilayah" Kaukasus. "Namun kami ingin masyarakat internasional mengingat siapa yang memulai agresi dan siapa yang bertanggungjawab atas kematian orang (di Georgia)," katanya. Menlu Italia Franco Frattini mengatakan bulan lalu bahwa Italia bermaksud menjadi tuan rumah konferensi internasional mengenai Kaukasus di Roma Oktober. Dalam wawancara yang dipublikasikan Senin, Frattini mengatakan ia akan pergi ke Rusia dan Georgia pekan ini dalam upaya untuk menghentikan permusuhan antara kedua tetangga itu. Dengan lantang, Medvedev mengatakan Moskow tidak takut dikeluarkan dari Kelompok Delapan Negara industri maju (G-8) gara-gara krisis Georgia, sesuatu yang diusulkan sejumlah pihak di Barat. Pemimpin Kremlin malah menyebut usul tersebut dibuat dalam rangka pemilihan presiden AS. Calon presiden AS dari partai Republik John McCain memang mengutuk dengan sengit tindakan Rusia di Georgia dan meminta Moskow dilarang berperanserta dalam kelompok negara kaya G8 sebagai hukuman. "Seruan itu yang akan terdengar, saya jelaskan pada mereka secara eksklusif dengan teknologi pemilihan Amerika sebagai cara untuk meningkatkan popularitas berdasar pada konflik," kata Medvedev. Ia juga mengatakan jika NATO memutuskan hubungan dengan Rusia maka NATOlah yang "akan kehilangan banyak" ketimbang Moskow kehilangan NATO. "Kami tidak melihat sesuatu yang dramatis, sesuatu yang menyulitkan dalam penangguhan hubungan (dengan NATO) jika mitra kami menginginkannya," kata Medvedev. "Namun tampaknya mereka akan kehilangan lebih banyak." Rusia mengirim tank dan tentara ke Georgia pada 8 Agustus, satu hari setelah Georgia melancarkan serangan untuk menegakkan kembali kekuasaannya di Ossetia Selatan. Moskow telah menghentikan serangannya setelah lima hari tetapi menolak menarik semua tentaranya dari Ossetia Selatan dengan mengatakan mereka di sana untuk misi penjaga perdamaian. Sebaliknya, Georgia mencap kehadiran militer Rusia di Ossetia Selatan sebagai pasukan pendudukan. (*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2008