Mataram (ANTARA News) - Bantuan beras untuk warga Jamaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) yang masih mendiami asrama Transito Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), masih berkelanjutan meskipun masa tanggap darurat telah berakhir. "Bantuan beras secara berkelanjutan itu dilatari oleh alasan kemanusiaan sepanjang stok beras untuk mereka masih dijatahkan oleh pemerintah pusat," kata Kepala Dinas Sosial NTB, Drs. H. Junaidi Najamuddin, di Mataram, Rabu. Warga Ahmadiyah di wilayah NTB, diperkirakan lebih dari 180 orang. Sebanyak 33 Kepala Keluarga (KK) atau 130 jiwa mendiami Mataram, Ibukota Provinsi NTB dan 50 jiwa lainnya berada di Kabupaten Lombok Tengah. Sebanyak 130 orang warga Ahmadiyah mendiami asrama Transito Mataram setelah rumah mereka di Kecamatan Lingsar, Kabupaten Lombok Barat, dirusak dan dibakar massa, pada 4 Pebruari 2006. Najamuddin mengatakan, bantuan tanggap darurat berupa beras sebanyak 400 gram/orang untuk pengungsi Ahmadiyah itu diberikan semenjak mencuat kerusuhan hingga terjadi aksi pengungsian ke asrama Transito Mataram itu. Semula, penanganan tanggap darurat bagi para pengungsi Ahmadiyah itu ditangani oleh Pemerintah Kota Mataram, meskipun bantuan beras untuk mereka sebagian besar bersumber dari Dinas Sosial NTB. Setelah 4 Pebruari 2007, Pemerintah Kota Mataram mengakhiri penanganan tanggap darurat itu sehingga diambil alih oleh Pemerintah Provinsi NTB hingga dialokasikan beras bantuan sebanyak 14 ton. "Sejauh ini bantuan tanggap darurat yang disalurkan Dinas Sosial NTB sudah mencapai 12 ribu ton, masih tersisa dua ribu ton namun hanya cukup untuk jatah enam bulan ke depan," ujar Najamuddin. Ia menambahkan, jika merujuk pada pengertian tanggap darurat, seharusnya pengungsi Ahmadiyah itu sudah kembali ke sanak keluarganya atau hidup layak di luar lokasi pengungsian. Namun, menjelang Ramadhan 1 September lalu, koordinator pengungsi Ahmadiyah kembali mengajukan permintaan beras tanggap darurat dan telah disalurkan. "Kini masih tersisa beberapa ton dan jika telah habis kami akan ajukan lagi permintaan dukungan beras ke Departemen Sosial. Kalau tidak diberi, maka dengan sendirinya bantuan tanggap darurat untuk mereka benar-benar berakhir," ujarnya.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008