Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah di pasar spot antar bank Jakarta, Kamis pagi, naik tipis empat poin menjadi Rp9.215/9.217 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.219/9.220, menyusul masuk pasarnya Bank Indonesia (BI) untuk mengawal mata uang lokal tersebut. "BI melakukan intervensi pasar untuk menahan tekanan pasar, sehingga rupiah yang terpuruk hingga di atas angka Rp9.200 per dolar AS, kembali menguat," kata Pengamat pasar uang, Edwin Sinaga, di Jakarta, Kamis. Menurut dia, BI harus dapat menjaga dan mendukung pergerakan rupiah agar tidak terus terpuruk, apalagi posisinya sudah di atas angka Rp9.200 per dolar AS. Posisi rupiah pada level tersebut cukup mengkhawatirkan, karena mata uang Indonesia itu akan terus terpuruk menjauhi angka tersebut, katanya. Faktor utama merosotnya rupiah, lanjut dia, terutama dari internal adalah akibat inflasi yang tinggi yang telah mencapai angka 11,85 persen yang diperkirakan sampai akhir tahun ini mencapai 12 persen. Dari eksternal adalah masalah Thailand yang kacau yang memberikan dampak negatif terhadap Indonesia, ucapnya. Ia mengatakan, kondisi ini mengakibatkan penerbitan Surat Utang Negara (SUN) pemerintah mengalami kelesuan permintaan, karena para pelaku pasar cenderung hati-hati dalam melakukan investasinya. Meski cash outflow diperkirakan masih belum terjadi di Indonesia, ujarnya. Pelaku asing, menurut dia, kemungkinan masih menahan diri dan akan aktif kembali ke pasar domestik setelah Bank Indonesia (BI) kembali menaikkan suku bunga acuannya. Apa bila BI Rate naik maka minat investasi asing di pasar akan kembali meningkat, ucapnya. "Kita lihat saja dulu bagaimana perkembangan pasar lebih lanjut apalagi dalam waktu dekat Indonesia akan melaksanakan pemilihan umum (pemilu)," ucapnya. Ia mengatakan, rupiah pada sore nanti kemungkinan masih dapat bergerak naik meski dalam kisaran sempit, karena pelaku masih hati-hati untuk melepas dolar AS. Dolar AS sendiri di pasar global mengalami kenaikan setelah ada perkiraan bahwa ekonomi AS akan kembali membaik, ucapnya. (*)

Copyright © ANTARA 2008