Jakarta (ANTARA News) - Menteri Energi dan Sumberdaya Mineal (ESDM) Purnomo Yusgiantoro menyatakan siap menjelaskan persoalan kontrak gas alam cair (liquified natural gas/LNG) Tangguh, Papua, kepada pihak-pihak yang menginginkannya. "Saya siap kalau memang diminta," katanya di Jakarta, Kamis. Sebelumnya, Purnomo juga menyatakan siap mundur jika memang diminta Presiden. Menurut dia, seluruh proses negosiasi hingga penandatanganan kontrak Tangguh dilakukan secara transparan dan profesional. "Harga ke Fujian mengacu hasil tender Guangdong yang kita ikuti, tapi kalah," katanya. Harga kontrak LNG ke Fujian sebesar 2,4 dolar AS per MMBTU sudah sesuai pasar tahun 2002. Bahkan, saat itu, Qatar pernah menjual LNG hanya 1,5 dolar AS per MMBTU. Demikian pula, pemakaian batas atas kontrak Fujian dikarenakan harga ditentukan pembeli dan saat itu semua memakai patokan batas atas. Pada waktu itu, harga minyak selama 20 tahun stabil 10-20 dolar AS, sehingga patokan batas atas Fujian sebesar 25 dolar AS dinilai cukup layak. Tender Guangdong diikuti enam peserta yang setelah tahap seleksi pertama terpilih Qatar, Australia, dan Indonesia. Indonesia akhirnya kalah dari Australia. Namun, karena hubungan baik, China memberikan kontrak Fujian tanpa tender ke Indonesia dengan syarat harganya sama dengan Guangdong. China juga memberikan utang lunak 400 juta dolar AS dan komitmen investasi PetroChina yang sekarang telah berdiri di Tanjung Jabung berupa kilang elpiji dan fasilitas produksi gas yang diekspor ke Singapura. Purnomo mengatakan, semua pihak mesti memahami sejarah kontrak dan permasalahan yang terjadi waktu itu. "Jangan mengatakan, ini salah, itu salah. Mesti dipahami dulu apa yang sesungguhnya terjadi di Tangguh," katanya. Ia menambahkan, gas Tangguh yang sudah ditemukan tahun 1981 tidak kunjung dikembangkan selama 20 tahun, karena tidak ada yang mau beli. Pemerintah juga sudah menawarkan ke dalam negeri, namun tidak ada yang mau. Sampai akhirnya, pemerintah menawarkannya ke China. (*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008