Denpasar (ANTARA News) - Meski telah dilakukan berbagai upaya disertai kampanye luar biasa, namun kebijakan lembaga perbankan dewasa ini justru semakin tidak berpihak pada sektor usaha mikro yang umumnya dikelola rakyat kecil kurang mampu. "Itu terjadi karena para arsitektur perbankan di tanah air telah mengambil langkah-langkah yang salah kaprah," kata ekonom Faisal Basri, pada seminar nasional "Perjuangan Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Dalam Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan", di Denpasar, Jumat sore. Ia mengungkapkan, kebijakan perbankan yang tidak berpihak pada rakyat kecil terbukti dengan sangat kecilnya nilai kredit yang dikucurkan lembaga keuangan itu kepada sektor usaha mikro. "Kredit yang jauh lebih besar selalu dikucurkan kepada para pengusaha raksasa. BRI, misalnya, yang nota bene bank untuk rakyat, selama ini lebih banyak merealisasikan kreditnya untuk pembuatan jalan tol, bukan lahan usaha milik masyarakat kurang mampu," katanya menandaskan. Melihat itu, lanjut dia, orang kaya di Indonesia akan semakin terus bertambah kaya, sementara angka kemiskinan tidak pernah bisa dikurangi. Faisal menyarankan, untuk dapat meningkatkan kemampuan ekonomi rakyat, mendatang perlu dilakukan langkah yang sebaliknya dari sekarang, di samping perlu adanya perlindungan bagi para penabung kecil. Sejauh ini, kata dia, kebijakan yang diambil perbankan nampak tidak begitu memberi perlindungan kepada para penabung kecil. Selain itu, perilaku perbankan yang selama ini lebih banyak menyalurkan kredit ke sektor konsumsi, mendatang harus dibalik ke sektor investasi. "Kredit investasi mendatang perlu mendapat perhatian yang lebih besar, ketimbang sektor kosumsi yang hanya `digeluti` orang-orang berkemampuan secara ekonomi," katanya. Dengan demikian, peran perbankan senantiasa akan sangat dirasakan manfaatnya bagi upaya pengurangan angka kemiskinan di tanah air yang hingga kini belum ada tanda-tanda penurunan, katanya. Seminar sehari yang diselenggarakan terkait peringatan hari jadi ke-18 LPD Desa Adat Kedonganan, Kabupaten Badung itu, diikuti sekitar 200 peserta.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008