Peshawar, Pakistan, (ANTARA News)- Paling tidak delapan orang tewas dan sekitar 40 lainnya cedera, Sabtu ketika seorang pembom bunuh diri membenturkan mobil yang membawa bom ke satu pos pemeriksaan keamanan di kota Peshawar, Pakistan baratlaut. Para pejabat polisi mengatakan insiden itu terjadi setelah para personil polisi memberi tanda agar penyerang itu berhenti. "Menurut laporan-laporan terakhir delapan orang tewas dan lusinan cedera," kata perwira polisi Mohammad Ashraf kepada AFP. "Itu satu ledakan bom. Sebuah mobil yang membawa bom meledak dekat pos pemeriksaan keamanan. Kekuatan ledakan menghancurkan sebuah pasar terdekat, merobohkan gedung-gedung itu ," kata Ashraf. Beberapa pejabat polisi dan penduduk masih terkurung di bawah reruntuhan dan para anggota tim penyelamat sedang berusaha mengeluarkan mereka. Gambar-gambar televisi dari lokasi itu menunjukkan satu pemandangan kehancuran dengan pos pemeriksaan itu rata dengan tanah. Seorang koresponden AFP di Rumah Sakit Lady Reading mengatakan mayat para korban tewas tiba di sana dengan ambulan-ambulan yang banyak membawa orang yang cedera. "Kami menerima delapan mayat dan lusinan orang yang cedera," kata dokter Khizar Hayat. Kondisi dari banyak mereka yang cedera adalah kritis." Para saksi mata Ibrahim Khan mengatakan ledakan itu sangat kuat yang membuat orang terlempar ke udara. "Ledakan itu menyebabkan runtuhnya sebuah pasar dan tiga gedung lainnya dekat itu," katanya . Polisi di Peshawar, ibukota Provinsi Perbatasan Barat Laut, mengatakan mereka mengirim tim-tim ke daerah itu. "Itu adalah perbuatan terorisme," kata jurubicara polisi Riaz Ahmed. "Ledakan itu sangat kuat yang menyebabkan pos itu hancur seluruhnya dan dua gedung juga rata dengan tanah." Pakistan dilanda gelombang serangan kelompok garis keras tahun lalu. Ledakan terbaru terjadi pada hari yang sama ketika para anggota parlemen memilih seorang pengganti mantan Presiden Pervez Musharraf. Musharraf adalah sekutu penting AS dalam usaha negara itu untuk memerangi kelompok garis keras di perbatasan Pakistan dengan Afghanistan, satu wilayah yang Washington katakan digunakan sebagai pangkalan bagi pemberontak untuk menyerang pasukan koalisi. Tetapi pemerintah koalisi Pakistan yang rapuh telah berusaha menangani aksi kekerasan yang telah menewaskan sekitar 1200 orang akibat serangan bom dan serangan bunuh diri di seluruh negara itu pada tahun lalu. Aksi kekerasan itu disebabkan para kelompok garis keras marah kepada mantan Presiden Musharraf yang mendukung AS. Kementerian dalam negeri bulan lalu mengumumkan bawa pihaknya melarang Tehreek-e-Taliban Pakistan (TTP), kelompok garis keras yang berada di belakang aksi kekerasan yang mengancam akan melakukan serangan bunuh diri lagi.(*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008