Jakarta, (ANTARA News) - Ada sederet kata terbalut tanya yang memusingkan para ibu di rumah ketika buah hatinya mulai beranjak remaja, apakah kritik dan balas dendam punya warna? Jawaban dari umumnya orangtua berhikmat renyah saja, tidak. Kritik adalah kritik, balas dendam adalah balas dendam. Baik kritik maupun dendam niscaya dilampiaskan kepada lawan, sementara kritik dialamatkan kepada mereka yang "berkulit badak", atau "bermuka tembok". Anak sontak dapat menimpali, "Jangan berujar vulgar, karena di sekolah kami beroleh pelajaran moral bahwa keutamaan untuk berbuat baik tidak begitu saja jatuh dari langit. Keutamaan sebagai kebiasaan (habitus) berbuat baik tertanam berkat latihan demi latihan. Bila orangtua mendaulat anaknya untuk jujur, maka tunjukkan makna jujur dalam perbuatan keseharian. Gerbang nurani anak terbuka ketika orangtuanya tanpa absen siap sedia bertindak secara baik. Kalau kritik dan dendam berusaha menjelaskan dirinya, maka kritik dan dendam niscaya ada dalam praktek kehidupan? Antara ya dan tidak. Paling tidak, faktanya menghunjam dalam laga bola, salah satunya dalam diri timnas Inggris asuhan Fabio Capello. Masih mau meragu? Bukankah filsuf dan teolog Thomas Aquinas yang menulis karya raksasa bertajuk Summa Theologica menulis, keutamaan memberi manusia suatu kestabilan dan kesiapsediaan untuk memilih yang baik. Masih juga meragu? Jangan lagi, karena ambil dan tempuhlah keutamaan sebagai kebiasaan, tanpa rincian daftar yang njlimet. Huruf mematikan, roh keutamaan menghidupkan. Mau memungut sejumlah contoh? Silakan camkan, ketika sejumlah pemain senior tim Three Lions yakni David Beckham dan John Terry membumikan wacana Aquinas. Keduanya kini berdiri di garda depan untuk mengobarkan aksi balas dendam saat menghadapi seteru lawas Kroasia di Zagreb pada Rabu waktu setempat. Laga itu dibaptis sebagai pemenuhan balas dendam di era Capello. Kroasia begitu mengendap dalam bawah sadar timnas Inggris. Kroasia mengaramkan Inggris dengan 3-2 di stadion Wembley saat penyisihan Euro 2008 pada November lalu. Buntutnya, pelatih kepala Steve McClaren dipecat, bahkan dicaci habis-habisan oleh media massa setempat. Dalam laga tandang, pasukan Slaven Bilic memukul pasukan McClaren dengan skor 2-0. Inggris tidak ingin selalu berkorespondensi dengan kekalahan. Meski kekalahan ujungnya kebangkitan. Buktinya, Inggris mengalahkan Andorra dengan 2-0 dalam laga kualifikasi Grup 6 Piala Dunia 2010, meski publik masih saja melontarkan cemooh, media massa menulis kritik atas penampilan Inggris di bawah arsitek Capello. "Ini bukan sekedar perolehan skor pertandingan," kata Beckham. "Kami hanya ingin memperoleh hasil yang baik dan menampilkan permainan yang baik pula. Ini soal sesungguhnya." "Ini juga bukan soal merujuk kepada skor pertandingan yang lalu. Kami telah menghadapi Kroasia karena kami paham mereka tampil sebagai tim yang tangguh. Kami paham mereka pemain-pemain yang baik dan berkualitas. Kami juga paham bahwa di seberang sana ada, ada musuh sedang menunggu." "Kami harus melupakan dan membuang jauh kenangan pahit masa lalu. Kami menghadapi tantangan yang sekarang dengan berusaha dan bekerja lebih keras lagi. Apa yang kami inginkan yakni memetik hasil memadai dalam grup ini," katanya. Ini keutamaan dari Beckham, meski ada pencahayaan dari Aquinas. Kapten timnas Inggris John Terry mengamini Beckham. "Saya tidak ingin meraih hasil laga hanya dengan berbekal balas dendam. Ini lintasan perjalanan berbeda untuk memperoleh tiga angka, kemudian membukukan enam angka penuh sebagai awal yang baik dalam perjalanan selanjutnya," kata Terry. "Sebagai tim, kami harus menghadapi tantangan. Kami paham tantangan itu begitu sulit. Di sana, kami harus mengukir hasil untuk memuluskan langkah." Baik Beckham maupun Terry berada di bawah payung Aquinas ketika ada hujan cemooh menerpa Inggris. Aquinas menulis, segala kebiasaan manusia berbuat baik memudahkah dirinya untuk memilih yang baik. Dengan begitu, manusia dapat mempertimbangkan perkara-perkara yang lebih pelik, bahkan belum pernah ditemui sebelumnya. Baik Beckham maupun Terry berakar dalam kata Yunani "Arete", yang diterjemahkan sebagai keutamaan, berkaitan dengan keunggulan (excellence). Penerapannya? Bila memiliki arete, seseorang bisa melaksanakan fungsi pokoknya dengan baik. Seorang pemain bola memiliki arete sebagai pemain kalau ia bisa tampil dengan baik sebagai pemain bola. Kalau Inggris telah berada di bawah cahaya Aquinas, Capello tinggal menurunkan sejumlah pemain yang dianggap punya arete, yakni Joe Cole dan Theo Walcott. Keduanya boleh dicoba dalam laga di Zagreb. Sebagai kapten timnas Inggris, Terry menyatakan, "Tentu kami akan menunggu dan melihat pada laga nanti. Meski akhirnya, semuanya terpulang kepada kekompakan dan kesiapan skuad. Saya telah mengatakan hal itu. Kami bekerja keras sebagai tim. Saya punya pengalaman ketika menghadapi sejumlah pemain yang usianya lebih muda. Meski kenyataannya mereka siap memesona di sejumlah laga berskala dunia." Pembuktian dari tekad Terry dan kawan-kawan itu terjadi pada laga Rabu ini. Tim asuhan Capello dapat menimba aura yang kini sedang melintas di jagat klub sepakbola Inggris. Amati saja aroma rasionalitas yang melintas di Newcastle United ketika Kevin Keegan menyatakan lengser sebagai manajer pada pekan ini. Kritisisme kini sedang melanda sepakbola Inggris. Dan Capello memanfaatkan lintas sejarah ini. Capello bersama tim asuhannya tergerak oleh kredo bahwa perkembangan dan peradaban dalam bola mendasarkan diri dalam rasionalitas (logos). Krisis yang diderita pengetahuan manusia menunjukkan juga krisis dalam peradaban dan kemanusiaan pada umumnya. Ini berawal ketika Keegan menyatakan tidak mampu mengontrol kebijaksanaan transfer pemain yang begitu berkelabatan di Liga Utama Inggris (Premier League). Keegan sendiri masih berutang delapan bulan sebagai manajer. Kalangan Newcastle United menyebutnya sebagai kesan terburu-buru, berseberangan dengan rasionalitas. "Kenyataannya bahwa Kevin Keegan diangkat sejak 16 Januari 2008. Ia menyatakan setuju dengan direktur sepakbola," kata pernyataan yang dikeluarkan oleh manajemen Newcastle. "Sebagai manajer, ia bertanggung jawab penuh kepada jalannya latihan, pemanduan bakat, pemilihan dan penunjukan pemain, serta memotivasi tim," kata pihak Newcastle. Bukan tidak mungkin, fakta seputar pegunduran diri Keegan juga mendapat pendaran sinar dari wacana Aquinas, meski dibaca secara negatif. Menurut Aquinas, keutamaan untuk bersikap hati-hati dan bijaksana (prudentia) merupakan dasar keutamaan. Dan Keegan justru mengartikulasikannya secara negatif. Aquinas dilafalkan secara positif ketika Capello bersama Beckham dan Terry tampil berbekal keutamaan bahwa pasukan Three Lions tidak akan berkutat dengan "apa" dari sesuatu, melainkan melihat "bagaimana" sesuatu itu dilihat dan menyingkapkan diri. Ketersingkapan dalam gramatika skuad Inggris, jelas dan bernas, yakni kemenangan di Zagreb. Meski roh Aquinas abadi dalam lintas perjalanan kemanusiaan. Laga bola, laga keutamaan.(*)

Pewarta: Oleh A.A. Ariwibowo
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008