Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah di pasar spot antarbank Jakarta, Selasa pagi, merosot tajam melewati angka Rp9.350 per dolar AS, karena investor asing kembali menarik dananya yang ditempatkan di pasar domestik. "Fund Manager khawatir dengan pelambatan ekonomi global yang juga akan mengimbas pasar Indonesia. Karena itu, mereka menarik dananya lebih cepat," kata pengamat pasar uang, Edwin Sinaga, di Jakarta, Selasa. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS turun menjadi Rp9.360/9.365 per dolar dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.284/9.303 per dolar atau melemah 76 poin. Menurut dia, gejolak rupiah yang terjadi Selasa disebabkan kondisi global dalam keadaan tertekan akibat melambatnya ekonomi dunia, inflasi tinggi dan kerusakan sistem ekonomi di AS dan Eropa. "Dalam kondisi seperti ini pasti para pelaku pasar global akan mengamankan dananya dan dibawa ke negara asalnya, dan ini yang membuat rupiah mengalami tekanan," jelasnya. Intervensi BI Ia mengatakan, fund manager asing khawatir bahwa dana yang ditempatkan di pasar uang dan saham Indonesia dalam bentuk rupiah nilainya akan berkurang sehingga mereka kemudian melepasnya dan membeli dolar AS. "Kondisi seperti ini pasti para pelaku pasar global akan mengamankan dananya dan dibawa ke negara asalnya, dan ini yang membuat rupiah mengalami tekanan," jelasnya. Menurut dia, Bank Indonesia diperkirakan akan kembali masuk pasar melakukan intervensi untuk menjaga rupiah agar tidak terpuruk mencapai level Rp9.400 per dolar AS. "BI diperkirakan siap berada di pasar agar rupiah bisa berjalan dengan baik ," katanya. Sementara itu dolar AS melonjak terhadap euro di tengah berita bahwa Departemen Keuangan AS menyelamatkan dua raksasa pembiayaan perumahan Fannie Mae dan Freddie Mac. Mata uang tunggal Eropa di London turun menjadi 1,4118 dolar, merupakan level terendah sejak 10 Oktober. Dolar juga naik terhadap yen, meningkat menjadi 107,95 yen dari 107,65 yen. (*)

Copyright © ANTARA 2008