Jakarta (ANTARA News) - Indonesia negara paling boros energi dibanding banyak negara di dunia seperti Perancis, AS, Kanada, Jepang, Inggris, Jerman, bahkan dibanding Malaysia dan Thailand. "Jargon kita biar miskin asal sombong harus diubah," kata Dirjen Minyak dan Gas Bumi Departemen ESDM, Evita Legowo, pada Seminar Membangun Strategi Ketahanan Energi yang Berkelanjutan di UI Depok, Rabu. Ia menerangkan, konsumsi energi per kapita Indonesia memang kecil yakni 0,467 toe per kapita dibanding misalnya Jepang 4,14 toe per kapita, namun demikian, intensitas energi Indonesia sampai 470 toe per juta dolar AS PDB sementara Jepang hanya 92,3 toe per juta dolar AS PDB. Sehingga perbandingan elastisitas, pemakaian energi Indonesia menjadi sangat tinggi yakni 1,84, sementara Jepang hanya 0,1, sedangkan Malaysia 1,69, Thailand 1,16, Perancis 0,47, AS 0,26, Kanada 0,17, Inggris -0,03 dan Jerman -0,12, ujarnya. Karena itu, sebagai negara boros dan yang 51,66 persen kebutuhan energinya dipasok oleh minyak, Indonesia sempat mengalami "shock" atas terjadinya kenaikan harga minyak dunia. Evita menegaskan, hanya negara yang memiliki efisiensi energi yang tinggilah yang tidak terpengaruh oleh harga minyak. Demikian pula, negara yang segera mengembangkan energi alternatif dan negara yang memiliki kebijakan harga energi sesuai mekanisme pasar. Sementara itu, Dirjen Mineral, Batubara dan Panas Bumi, Bambang Setiawan, dalam kesempatan yang sama mengatakan, pemerintah akan mengusulkan regulasi Domestic Market Obligation (DMO) atau kewajiban pasok dalam negeri batubara untuk PKP2B (perjanjian karya pengusahaan pertambangan batubara) dan KP (kuasa pertambangan). Selain itu diusulkan adanya kewajiban terhadap perusahaan pertambangan untuk memenuhi kebutuhan batubara dalam negeri, juga kebijakan penetapan harga jual batubara. Ia mengatakan, Indonesia seharusnya malu pada China dan India yang daya serap batubara dalam negerinya sangat tinggi. "Produksi batubara kita 220 juta ton per tahun, tetapi hanya 20-25 persen yang diserap di dalam negeri, sisanya diekspor. Padahal China yang produksi batubaranya 2,2 miliar ton dan India 800 juta ton tidak bisa memenuhi permintaan ekspor karena dibutuhkan untuk pembangunan ekonomi dalam negeri," katanya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008