Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia (BI) diyakini akan berusaha menjaga nilai tukar rupiah tidak menembus level psikologis Rp9.500 per dolar AS. "Kami optimis BI akan melakukan pengawasan lebih ketat di pasar, terutama terhadap bank-bank asing yang aktif bermain valas, sehingga rupiah tetap berada di bawah angka Rp9.500 per dolar AS," kata pengamat properti Johanes Mardjuki di Jakarta, Sabtu. Jika nilai rupiah terhadap dolar AS menembus level psikologis itu dikhawatirkan nilainya akan terus terpuruk, tambahnya. Nilai tukar rupiah di pasar spot antarbank Jakarta, Jumat sore (12/9) berada pada Rp9.435/9.440 per dolar AS, naik tipis tiga poin dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.438/9.584 per dolar AS. Penguatan tipis itu, menurut Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib, terjadi setelah BI meningkatkan intervensinya di pasar. "Intervensi BI itu hanya menjaga agar rupiah tidak melewati angka Rp9.500 per dolar AS, namun untuk bisa kembali di bawah angka Rp9.400 per dolar AS masih berat," katanya. Menurut Johanes Mardjuki, merosotnya rupiah terhadap dolar AS diperkirakan hanya sementara karena mata uang Amerika Serikat itu di pasar global cenderung menguat terhadap semua mata uang utama Asia. Ditanya apakah rupiah akan bisa mencapai Rp10.000 per dolar AS, ia mengatakan, kemungkinan tidak karena BI akan tetap menjaga mata uang lokal Indonesia di bawah angka psikologis Rp9.500. Apabila rupiah bisa mencapai Rp10.000 per dolar AS, maka pertumbuhan ekonomi nasional diperkirakan akan makin melemah, ujarnya. Mengenai gejolak ekonomi global terhadap bisnis properti, ia mengatakan itu tidak berpengaruh terhadap industri properti. Gejolak itu hanya sedikit berpengaruh terhadap margin saja.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008