Abuja (ANTARA News) - Kelompok militan utama Nigeria hari Minggu mendeklarasikan "perang minyak" di kawasan bergolak Delta Niger, setelah pasukan keamanan meluncurkan operasi besar-besaran untuk menumpas mereka. Gerakan bagi Emansipasi Delta Niger (MEND) menyatakan, mereka telah menghancurkan stasiun-stasiun pengaliran dan pipa saluran minyak, termasuk anjungan minyak yang dioperasikan Chevron (CVX.N). Menurut kelompok pemberontak tersebut, 22 prajurit tewas. Seorang pejabat Chevron mengkonfirmasi bahwa salah satu anjungan minyaknya diserang oleh kelompok militan pada Minggu. "Ada serangan terhadap sebuah anjungan yang sudah ditutup karena masalah pipa saluran," kata pejabat yang tidak bersedia disebutkan namanya itu. Seorang jurubicara militer mengatakan, tidak ada fasilitas minyak yang terpengaruh oleh pertempuran hebat selama dua hari ini. Klaim-klaim itu belum bisa segera dibuktikan kebenarannya secara independen. "Ada banyak korban di pihak militan," kata Letkol Sagir Musa, jurubicara satuan tugas militer di Negara Bagian Rivers. "Kami berharap mereka akan segera menghentikan perlawanan." Kekerasan di Delta Niger, daerah utama penghasil minyak di Nigeria, sebuah negara anggota OPEC, telah mengurangi produksi minyak negara itu hingga seperlima sejak awal 2006. Militan Nigeria pada Sabtu memperingatkan perusahaan-perusahaan minyak di Delta Niger agar menarik pekerja mereka dalam waktu 24 jam atau menghadapi "badai" pembalasan setelah pertempuran besar-besaran dengan pasukan keamanan. Royal Dutch Shell, ExxonMobil, Total, Eni, serta Chevron, termasuk diantara sejumlah perusahaan minyak yang beroperasi di Delta Niger, sumber utama produksi minyak Nigeria yang mencapai 2 juta barel per hari. MEND mengatakan, pasukan keamanan menggunakan beberapa helikopter, jet tempur dan lebih dari 20 kapal meriam dalam pertempuran Sabtu. Satu sumber keamanan mengatakan, prajurit-prajurit dari angkatan darat, angkatan laut dan angkatan udara mengambil bagian dalam pertempuran itu. Keamanan di Delta Niger memburuk secara dramatis pada awal 2006 ketika militan, yang menyatakan berjuang untuk mencapai kendali lokal lebih besar atas kekayaan minyak di wilayah yang berpenduduk miskin itu, mulai meledakkan pipa-pipa minyak dan menculik pekerja asing. Geng-geng kriminal juga memanfaatkan keadaan kacau dalam penegakan hukum dan ketertiban di wilayah itu. Lebih dari 200 warga asing diculik di kawasan delta tersebut dalam dua tahun terakhir. Hampir semuanya dari orang-orang itu dibebaskan tanpa cedera. Nigeria adalah produsen minyak terbesar Afrika namun posisi tersebut kemudian digantikan oleh Angola pada April, menurut Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), demikian Reuters.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008