Surabaya (ANTARA News) - Di saat pemerintah "menyerah" dalam menghentikan semburan lumpur Lapindo di Porong Sidoarjo, Tim Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya masih bersikeras bisa menghentikannya dengan menggunakan metode Bernoulli dalam mengalirkan lumpur dengan pompa starpump dan kanalisasi lumpur untuk dibuang ke laut. Koordinator Tim ITS Surabaya, Ir Djaja Laksana di Surabaya, Senin mengatakan, pihaknya sangat menyayangkan sikap pemerintah yang terkesan putus asa dan menyerah dalam upaya penghentian lumpur. "Kami hanya ingin menginformasikan kepada pemerintah dan Lapindo, bahwa Tim ITS masih bisa menghentikan dan mengalirkan lumpur. Untuk itu, kami minta tolong diberi kesempatan melakukannya untuk membuktikan kebenaran teknologi Bernoulli," katanya menegaskan. Sebelumnya, beberapa teknologi memang telah diterapkan pemerintah dan Lapindo Brantas untuk menghentikan lumpur, seperti dengan metode snubbing unit, side tracking, relief well dan insersi untaian bola beton. Namun semua upaya itu gagal. Menurut Djaja, penghentian semburan lumpur merupakan "harga mati" yang harus dilakukan pemerintah. Hal itu, karena jika semburan lumpur itu bisa dihentikan, permasalahan sosial bisa diminimalisasi. "Jika tidak dihentikan, dipastikan korban lumpur akan bertambah terus seiring tenggelamnya wilayah permukiman mereka. Ini karena semburan lumpur berbeda dengan bencana gempa bumi, longsor atau banjir bandang," katanya. Sementara itu Ketua LPPM ITS, Prof I Nyoman Sutantra menambahkan, seharusnya pemerintah tidak mengeluarkan pernyataan menyerah dalam upaya penghentian lumpur. Tetapi, yang lebih tepat adalah memprioritaskan mana dulu penanganan semburan lumpur itu, yakni menyelesaikan permasalahan sosial masyarakat korban lumpur atau pengaliran dan penghentian lumpur. Untuk itu, tim ITS secepatnya akan mengusulkan kembali kepada pemerintah melalui Badan Penanggulan Lumpur Sidoarjo (BPLS) untuk mengalirkan dan menghentikan lumpur. Langkah tim ITS, antara lain telah mengirimkan surat resmi kepada presiden untuk bisa memaparkan metode pengaliran dan penghentian lumpur. Bahkan, Wapres Jusuf Kalla telah mengapresiasi langkah tim ITS itu, hanya saja belum disetujui untuk dilaksanakan di lapangan. "Yang pasti Tim ITS masih berjalan hingga saat ini untuk menganalisa terus semburan lumpur itu. Bahkan, telah menjalin kerjasama dengan Unicef. Kami akan menyampaikan hasil penelitian kepada pemerintah, jika lumpur bisa dihentikan," tambahnya.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008