Pasar kembali fokus terhadap data eksternal yang kurang menguntungkan sehingga wajar kalau rupiah hari ini kembali melemah.
Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa sore masih terkoreksi dipicu faktor eksternal terutama terkait perang dagang Amerika Serikat dan China.

Rupiah ditutup melemah 12 poin atau 0,09 persen menjadi Rp14.091 per dolar AS dibanding posisi sebelumnya Rp14.079 per dolar AS.

Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi di Jakarta, Selasa, mengatakan, meski Bank Indonesia hari ini telah melakukan intervensi di pasar valas dan obligasi dalam perdagangan Domestic Non Deliverable Forward (DNDF) dan data ekonomi dalam negeri yang positif, tidak serta merta mata uang Garuda kembali menguat.

"Pasar kembali fokus terhadap data eksternal yang kurang menguntungkan sehingga wajar kalau rupiah hari ini kembali melemah," ujar Ibrahim.

Baca juga: Rupiah lanjut melemah, dipicu sentimen negatif domestik dan eksternal

Ada harapan yang tinggi bahwa Amerika Serikat dan China akan menandatangani apa yang disebut kesepakatan "fase satu" beberapa waktu bulan ini untuk mengurangi perang dagang yang telah berlangsung selama 16 bulan.

Namun China dilaporkan pesimistis terhadap kesepakatan perdagangan dengan Amerika Serikat dan terganggu oleh komentar Presiden AS Donald Trump bahwa tidak ada kesepakatan tentang penghapusan tarif secara bertahap.

Washington dan Beijing telah memberlakukan tarif pada barang satu sama lain yang memberikan dampak terhadap perlambatan perdagangan global serta meningkatkan risiko resesi untuk beberapa negara.

Baca juga: Dolar melemah, tertekan data suram ekonomi AS

Rupiah pada pagi hari dibuka stagnan Rp14.079 per dolar AS. Sepanjang hari, rupiah bergerak di kisaran Rp14.079 per dolar AS hingga Rp14.091 per dolar AS.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Selasa ini menunjukkan, rupiah melemah menjadi Rp14.091 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp14.075 per dolar AS.

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2019