Jakarta (ANTARA News) - Pengusaha Korea Selatan siap menanamkan modal untuk mengembangkan budidaya ganggang merah seluas 500 hektar di Nusa Tenggara Timur (NTT). "Mereka sudah puas dari hasil panen empat kali dalam dua bulan, karena itu mereka ingin segera disediakan lahan 500 hektar untuk pengembangan ganggang merah tersebut di NTT," kata Dirjen Perikanan Budidaya Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP), Made Nurjanah, di Jakarta, Rabu. Jenis ganggang merah yang endapannya dapat dijadikan biofuel dan ampasnya dapat dimanfaatkan menjadi pulp ini memang lebih sulit pengembangannya dibanding jenis lainnya. Namun demikian harganya akan jauh lebih mahal dari jenis biasa. Menurut dia, Balai Benih Tablolong di NTT menjadi proyek percontohan untuk pengembangan ganggang merah. Tempat pembibitan ganggang merah ini sendiri sudah berpindah tiga kali, mulai dari Nusa Lembongan Bali, Desa Grubuk Lombok, dan terakhir Tablolong NTT. "Untuk jenis ini memang dibutuhkan di perairan berarus kuat, yakni di perairan selatan Indonesia seperti di laut selatan Jawa dan Lombok," katanyaseraya menambahkan hingga saat ini sudah berhasil mengembangkan 4.000 bibit ganggang merah. Namun dengan kemampuan panen empat kali dalam dua bulan belum cukup memuaskan. "Paling tidak delapan kali panen dalam dua bulan, itu baru memuaskan," ujarnya. Pegasus yang merupakan perusahaan Korsel saat ini masih menunggu prosedur investasi di Kupang. (*)

Copyright © ANTARA 2008