Jakarta (ANTARA News) - Krisis keuangan di Amerika Serikat diperkirakan memperlambat permintaan produk kayu lapis. Meski demikian, Wakil Ketua Asosiasi Panel Kayu Indonesia (Apkindo), Abbas Adhar di Jakarta, Kamis, industri di tanah air masih bisa tumbuh seiring dengan menguatnya permintaan di pasar domestik. Dia memperkirakan krisis keuangan di AS akan mempengaruhi kondisi keuangan global. Krisis sektor keuangan itu, dinilainya akan berdampak pada pembangunan sektor perumahan. "Melambatnya pertumbuhan ekonomi, terutama di sektor perumahan otomatis akan membuat permintaan plywood juga akan turun," katanya. Turunnya permintaan plywood ini dinilai Abbas akan turut menyulitkan upaya industri di tanah air untuk bangkit dari keterpurukan. Sebab sampai saat ini iklim usaha kehutanan belum membaik. Apalagi, kata Abbas, harga bahan baku kayu bulat tetap tinggi. "Saat ini harga log sebesar 160 dolar AS per meter kubik. Kalaupun ada penurunan harga, paling rendah 130 dolar per meter kubik karena biaya produksi log sudah sekitar 120 dolar," katanya. Kayu cepat tumbuh Tingginya harga log juga mendorong industri plywood untuk menggunakan bahan baku kayu dari jenis cepat tumbuh (fast growing species). "Kayu fast growing species seperti sengon dan jabon, banyak digunakan untuk core. Sementara untuk `face and back` menggunakan kayu keras dari hutan alam," kata Abbas. Penggunaan kayu fast growing species juga menjadi pendorong tumbuhnya industri kayu lapis Indonesia sebab banyak diminati pasar domestik. Menurut Abbas, banyak industri baru tumbuh dengan memanfaatkan kayu dari jenis cepat tumbuh. "Plywood dari kayu sengon, jabon, dan fast growing tree species lain bisa diterima pasar dalam negeri dengan baik," kata dia.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008