Semarang (ANTARA News) - Komitmen pemerintah untuk mengurangi angka kemiskinan di Indonesia patut dipertanyakan, sampai sejauh ini belum ada rencana pemerintah menurunkan harga BBM, walaupun harga minyak dunia sekarang turun. "Padahal turunnya harga BBM memang sangat dinantikan masyarakat miskin di Indonesia. Terutama adanya desakan kebutuhan menjelang Lebaran," kata Sri Handayani, S.Pd., dosen Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang di Semarang, Jumat. Ia menambahkan, efek kenaikan harga BBM sampai saat ini masih terasa. Ditandai mahalnya harga kebutuhan pokok dan transportasi, serta mahalnya harga elpiji yang tidak terjangaku oleh rakyat kecil. Belum lagi sempitnya lapangan pekerjaan semakin menambah deret panjang penderitaan rakyat terutama rakyat kecil dan miskin di Indonesia, katanya. Sementara itu, M. Mustofa, seorang pengurus Persatuan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) di Kota Semarang mengatakan, bantuan berupa uang tunai semacam bantuan langsung tunai (BLT) atau zakat mal bagi masyarakat kecil dan miskin tak jarang berujung tragedi. Ia menambahkan, tragedi tewasnya 21 orang di Pasuruan, Jawa Timur beberapa waktu lalu merupakan gambaran penderitaan rakyat di tengah himpitan ekonomi yang semakin tajam. Sejak tahun 2000, kasus serupa selalu berakhir rusuh bahkan tak jarang menimbulkan korban jiwa dan luka-luka. Dan sejauh itu pula belum ada upaya dari pemerintah mengantisipasi kasus serupa, katanya. Menurut Handayani, hal itu tidak lepas dari perilaku sebagian pejabat pemerintah yang saat ini sering terlibat korupsi. Ketidakpercayaan orang yang berzakat kepada Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) merupakan efek dari perilaku para koruptor. Karena itu sudah saatnya pemerintah segera berbenah, menata kembali sistem yang sudah dianggap bobrok di mata masyarakat, katanya.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008