Merak, Banten (ANTARA News) - Menneg BUMN Sofyan Djalil mengatakan, BUMN yang masuk menjadi "pasien" PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) menjadi tiga, yaitu PT Merpati, PT PAL Indonesia, dan PT Jakarta LLoyd "Selain Merpati, PPA juga akan menangani PT PAL Indonesia dan Jakarta Lloyd," kata Sofyan Djalil, usai meninjau kesiapan fasilitas PT Indonesia Ferry melayani penyeberangan antisipasi arus mudik Lebaran, di Pelabuhan Merak, Banten, Minggu. Menurut Sofyan, Merpati sudah lebih dulu masuk pasca pengambilan keputusan restuktrurisasi perusahaan yang telah mendapat persetujuan dari Presiden, sedangkan Pt PAL dan Jakarta Lloyd akan menjadi pasien baru. Ia menjelaskan, PAL Indonesia menjadi pasien karena perusahaan pembangunan kapal tersebut memiliki utang dengan kategori kolektibilitas lima atau macet. PT PAL, menurutnya, adalah perusahaan yang memiliki prospek bagus, namun beberapa tahun sebelumnya membuat kesalahan dengan membuat kontrak ambisius dalam penyediaan 20 kapal sekaligus dengan harga tetap. "Akibatnya perusahaan mengalami kesulitan keuangan, ditambah dengan utang bank yang masuk "call" lima," katanya. Hal yang sama juga terjadi dengan Jakarta Lloyd, kesulitan keuangan akibat akumulasi rugi dan utang kepada pihak ketiga dalam jumlah besar. "Jadi mereka (PAL dan Jakarta Lloyd) masuk pengawasan PPA, sehingga memiliki kemampuan untuk meminjam," kata Sofyan. Ia menjelaskan, memasukkan BUMN sebagai pasien PPA tidak ada paksaan. Akan tetapi PPA sendiri yang melakukan identifikasi BUMN mana saja yang masih layak dipertahankan untuk didorong kemampuannya mencari pendanaan demi mengembangkan bisnis perusahaan. "PPA membuat `due diligence` (uji tuntas) terhadap suatu BUMN kemudian memberi pandangan kepada pemerintah. Akan tetapi keputusannya ada di tangan Menteri Keuangan dan Menneg BUMN," katanya. Lebih lanjut dijelaskan, untuk mendukung tugas-tugas PPA dalam menyehatkan perusahaan "plat merah" bermasalah, pemerintah akan menambah suntikan dana sebesar Rp 2 triliun pada 2009, dari suntikan yang telah diberikan sebagai modal awal sebesar Rp1,5 triliun. (*)

Copyright © ANTARA 2008