Jakarta (ANTARA News) - "Krisis finansial (di AS) ini yang terburuk yang pernah saya saksikan selama karir saya yang panjang," ungkap Alan Greenspan, seorang mantan ketua bank sentral AS, Federal Reserve dalam wawancara dengan ABC News, Minggu (14/9). Ungkapan mendalam Greenspan (82), seorang arsitektur dunia keuangan AS empat masa presiden AS (Ronald Reagan, George HW Bush, Bill Clinton, dan George W Bush hingga 2006) itu bukan main-main mengingat dirinya salah satu ekonom terkemuka yang membawa sukses ekonomi AS saat di masa puncak karirnya. Berbeda dengan pemerintah berkuasa George W. Bush yang tinggal menghitung bulan untuk mengakhiri jabatannya, menyatakan bahwa gejolak finansial saat ini hanya sebagai hal menyakitkan di jangka pendek, namun akan membuat pasar fleksibel dan mampu menyesuaikan di jangka panjang. Pada kenyataannya, para pelaku pasar kini dilanda kepanikan dan ketidakpercayaan pada institusi-institusi finansial dan investasi, mengingat dalam sekitar sebulan terakhir berita tak sedap muncul dari mereka. Dari situs Financial Times (12 Agustus 2008) muncul berita bahwa perusahaan keuangan AS, JPMorgan Chase, terpaksa telah menurunkan nilai (writedown) aset berbasis kredit perumahan (mortgage) senilai 1,5 miliar dolar AS pada Juli akibat pasar kredit perumahan "terus memburuk" dan merugian hingga 1,5 miliar dolar AS, tidak termasuk biaya lindung nilai (hedges). JPMorgan mengatakan, aset tidak lancar (level 3) yang dimilikinya naik 44,5 miliar dolar AS dalam tiga bulan hingga Juni setelah membeli kredit, produk sekuritas dan derivatif yang sulit dinilai dari perusahaan pembiayaan Bear Stearns. Kemudian pada 2 September, salah satu perusahaan pembiayaan perumahan di AS, Freddie Mac mengumumkan kerugian dua miliar dolar AS. Tidak jauh berbeda juga dialami perusahaan pembiayaan perumahan Fannie Mae juga merugi miliaran dolar AS. Mereka juga mengungkapkan, portofolio investasinya terpukul oleh krisis di pasar perumahan "subprime mortgage" AS, terutama akibat turunnya nilai rumah dan semakin ketatnya pasar kredit. Kedua perusahaan itu telah kehilangan nilai saham hingga 90 persen di pasar saham. Untungnya pemerintah Federal AS menyediakan dana jaminan hingga mencapai 100 miliar dollar AS bagi masing-masing grup, untuk mendukung likuiditasnya. Masih dalam pekan pertama September, muncul berita kinerja bank investasi Lehman Brothers AS memburuk, yang dengan terpaksa menghapuskan kredit senilai 13,89 miliar dollar AS karena nasabahnya gagal bayar terjangkiti krisis kredit perumahan AS (subprime mortgage) yang terjadi sejak Agustus 2007. Pada kuartal dua 2008, perusahaan ini rugi 2,8 miliar dollar. Bank investasi terbesar kempat di Amerika Serikat, berusia 158 tahun ini kemudian menyatakan bangkrut, karena tidak lagi kuat menanggung kredit seret perumahan sekitar 60 miliar dolar AS. "Kebangkrutan Lehman Brothers telah mengirim sebuah guncangan besar di pasar-pasar finansial karena ini merupakan korban terbesar krisis kredit yang dimulai pada Agustus 2007, dan diperkirakan ini menjadi kegagalan terbesar," kata ekonom Global Insight, Howard Archer. Lehman memang tidak sendiri. Ia tercatat sebagai salah satu dari 10 bank yang gagal lolos dari krisis kredit AS tahun ini. Perusahaan finansial lain adalah Bear Stearns Co. dan Merrill Lynch & Co. Perusahaan raksasa lainnya, American International Group (AIG) saat ini juga sedang kelimpungan. Salah satu perusahaan asuransi terbesar di dunia ini tengah berupaya mencari pinjaman sebesar 40 miliar dolar AS, akibat eksposure portfolionya yang terjangkiti "subrpime mortgage" juga. Menuju Resesi Ekonomi? Sejumlah pihak menyatakan krisis "subprime mortgage" AS tidak lagi sekadar krisis bisnis industri pembiayaan perumahan di AS, melainkan mempengaruhi masa depan pasar perumahan dan kondisi ekonomi dunia. Dana Moneter Internasional (IMF) dalam Laporan Stabilitas Finansial Global (GFSR) Maret mengatakan kerugian global akibat krisis kredit perumahan berisiko tinggi di AS itu mencapai sekitar 945 miliar dolar AS karena dampaknya yang menyebar ke perekonomian dunia. "Indikator yang ada menunjukkan pasar kredit semakin ketat di seluruh kegiatan ekonomi," kata Jaime Caruana, Kepala Divisi Moneter dan Pasar Uang IMF. Pemerintah AS dan beberapa koleganya memang turun tangan menggelontorkan dana ke sistem pasar finansial, agar tidak terjadi kelangkaan likuiditas. Pemerintah AS melalui bank sentral AS (Federal Reserve) telah mengumumkan serangkaian gebrakan, setelah menyetujui "bail out" bagi Lehman Brother, selanjutnya telah menyetujui penyediaan pinjaman darurat sebesar 85 miliar dolar AS untuk menyelamatkan AIG. The Fed menegaskan bahwa "kegagalan" menangani AIG dapat merusak pasar finansial yang sudah rapuh. Juga The Fed menyetujui untuk menyuntikkan 180 miliar dolar AS ke pasar finansial sebagai bagian dari total global yang mencapai 300 miliar dolar AS. Memang, bank-bank sentral terkemuka dunia telah membantu memompakan miliaran dolar ke dalam pasar-pasar finansial untuk menjamin pasokan dana-dana tidak mengering sejak jatuhnya bank investasi AS Lehman Brothers. Di antaranya Bank Sentral Eropa (European Central Bank) juga telah menginjeksikan 70 miliar euro (99,8 miliar dollar AS) ke pasar pada hari Selasa(16/9), yang merupakan operasi yang kedua dalam dua hari sejak Senin. Pada hari yang sama Bank Sentral Inggris (Bank of England) menginjeksikan 20 miliar pound (35,9 miliar dollar AS) ke pasar uang, empat kali lebih besar dari yang telah diinjeksikan pada hari Senin setelah kolapsnya Lehman Brothers. Bank sentral Jepang, Jumat (19/9), mengatakan pihak telah menyuntikkan lagi dua triliun yen (19,0 miliar dolar AS) ke dalam pasar-pasar uang di tengah berlanjutnya kekhawatiran terhadap gejolak di pasar-pasar finansial. Bank sentral Jepang telah membuat suntikan darurat harian untuk empat hari berturut-turut, sehingga totalnya menjadi 10 triliun yen sejak Selasa. Kesungguhan bank-bank sentral terkemuka dunia melakukan operasi pasar menahan gejolak keuangan global masih berlangsung hingga kini dan pelaku pasar sendiri masih was-was di tengah penantiannya terhadap keandalan kebijakan bank-bank sentral itu. Dari tindakan mereka itu tersurat jelas, seperti yang diungkapkan ekonom Global Insight, Howard Archer, "Di sana sungguh-sungguh terjadi kekhawatiran yang meluas tentang eksposur bank-bank setelah kasus Lehman Brothers, bukan hanya di AS tapi juga di Eropa. Kebangkrutan Lehman juga meningkatkan kekhawatiran bank-bank lain dapat gagal." Dalam prediksi Alan Greenspan, dalam waktu dekat masih ada satu atau lebih dari institusi finansial itu akan bangkut lagi. Lebih buruk lagi, ia meyakini krisis ini akan makin mendalam yang bisa mengakibatkan resesi ekonomi di AS. "Kemungkinan AS bisa lolos dari resesi ekonomi sangat kecil, di bawah 50 persen," kata Greenspan. Akankah krisis AS akan berujung pada resesi ekonomi dunia? Waktu yang akan mengurai. Yang jelas pelaku usaha dan banyak pihak lainnya was-was menantinya.(*)

Pewarta: Oleh Zaenal Abidin
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008