Lebak (ANTARA News) - Pemudik pembantu rumah tangga (PRT) masih senang menggunakan jasa angkutan kereta api (KA), walaupun kondisinya saling berdesakan-desakan. "Saya setiap mudik ke kampung halaman hingga kini masih tetap naik angkutan KA," kata Urip (40) saat ditemui di Stasiun (KA) Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Senin. Menurut dia, naik angkutan KA lebih mengasyikkan serta menyenangkan dibandingkan kendaraan bus atau omprengan. Selain biaya murah juga bisa bertemu sesama pekerja pembantu rumah tangga. "Kalau saya ketemu teman di dalam angkutan KA tentu sangat senang sekali dan bisa berbagi pengalaman soal kebaikan dan keburukan majikan," kata Urip seorang PRT warga Kecamatan Bojongmanik, Kabupaten Lebak. Bahkan, pertemuan itu juga bisa menerima akses informasi pekerjaan di tempat lain. "Saya bisa bekerja di tempat majikan baru setelah ketemu teman di angkutan KA itu," katanya. Begitu pula Onah (30) warga Kecamatan Cimarga, menyatakan, dirinya sangat melelahkan setelah tiga jam menempuh perjalanan Jakarta-Rangkasbitung. Apalagi, pemudik hingga memenuhi gerbong KA juga tidak nyaman oleh pedagang asongan. "Sambil melepas lelah kami duduk-duduk di teras stasiun KA bersama tiga teman se-kampung," kata Onah sambil mengaku dirinya sudah bekerja dua tahun sebagai pembantu rumah tangga di Jakarta Pusat. Menurut dia, sejak dulu dirinya selalu naik KA karena hanya ongkos Rp4.000 ribu sudah datang di Jakarta. Meskipun pelayanan angkutan KA belum optimal memberikan kenyamanan bagi penumpang. Selain saling desak-berdesakan juga terganggu oleh pedagang asong yang memaksakan untuk berkeliling di dalam angkutan itu. "Karena itu, kami minta pelayanan ditingkatkan kembali agar penumpang lebih nyaman," katanya. Sementara itu, Kepala Stasiun KA Rangakasbitung Purwa Hadi Suseno, mengaku saat ini arus mudik mulai berdatangan untuk merayakan Hari Raya Idul Fitri 1429 Hijriyah di kampung halamannya. Mereka setiap hari pemudik bisa mencampai antara 4.500-5.000 penumpang satu kali perjalanan KA. Sebagian besar pemudik itu bekerja non formal termasuk pembantu rumah tangga itu, mereka setiap hari pemudik bisa mencapai 4.500 orang per . "Kendati pun naik KA tidak nyaman namun warga masih menyukainya," katanya. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008