Jakarta (ANTARA News) - Ketua DPP Partai Demokrat Darwin Z. Saleh mengemukakan, peningkatan anggaran negara bagi program bantuan operasional sekolah (BOS) merupakan bukti nyata pendekatan APBN yang semakin pro rakyat. APBN 2008, ujar Darwin di Jakarta, Senin, telah menganggarkan Rp12,5 triliun untuk BOS bagi sebanyak 39 juta anak SD/MI hingga SMP/MTs. "Artinya 95 persen dari jumlah anak usia SD hingga SMP se Indonesia atau sebanyak 41,1 juta anak dianggarkan program BOS ini," ujar Darwin yang juga ekonom UI itu. BOS adalah program pro rakyat pemerintahan Presiden Yudhoyono untuk bidang pendidikan. Program tersebut bertujuan untuk membebaskan biaya pendidikan siswa yang tidak mampu serta meringankan beban siswa lainnya agar memperoleh layanan pendidikan dasar yang lebih bermutu. Menurut Darwin, anggaran BOS ini akan terus ditingkatkan jumlahnya dan dananya merupakan pengalihan dari subsidi BBM yang dikurangi di tahun 2005. "Itu adalah bukti nyata pendekatan APBN yang semakin pro rakyat, yakni pengalihan subsidi bahan bakar minyak (BBM) yang hanya dinikmati 30 persen kelompok masyarakat berpendapatan teratas kearah program pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat, khususnya pendidikan calon generasi penerus," katanya. Lebih lanjut Darwin menguraikan, awalnya pada 2005 BOS dengan anggaran Rp4,8 triliun diperuntukkan bagi 34,5 juta siswa SD hingga SMP. Kini pada 2008 BOS tersebut dialokasikan untuk sebanyak 41,9 juta siswa di 28,7 juta SD diseluruh Indonesia, masing-masing siswa mendapat alokasi Rp254 ribu. Sedangkan untuk 11 juta SMP di seluruh Indonesia, masing-masing siswanya mendapatkan bantuan senilai Rp354 ribu, sehingga total anggaran APBN untuk program itu berjumlah Rp12,5 triliun. Untuk 2009, selain BOS yang biasa, ada juga BOS buku dengan anggaran Rp336 milyar untuk 15 juta siswa SD dan 9,5 juta siswa SMP serta untuk 6,1 juta siswa madrasah, tsanawiyah dan ibtidaiyah. Sementara untuk BOS 2009, kata Darwin, telah dianggarkan dana sebesar Rp10,2 triliun bagi total 42,7 juta siswa SD/MI dan SMP/MTs. "Itu adalah suatu jumlah calon generasi penerus yang besar atau 2 kali jumlah penduduk Malaysia dan bila disia-siakan hanya akan menjadi tenaga kerja informal yang jumlahnya selama 20 tahun terakhir ini sudah terlalu besar," katanya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008