Jakarta, 23/9 (ANTARA) - Likuiditas di pasar uang yang mengetat akibat naiknya suku bunga acuan BI Rate telah memaksa perbankan syariah menaikkan besaran bagi hasilnya, demikian Direktur Utama Bank Syariah Mandiri Yuslam Fauzi di Jakarta, Selasa. "Perbankan syariah sendiri rata-rata telah merespon ketatnya likuiditas ini dengan menaikkan repricing (imbal hasil usaha) sekitar sebulan lalu," jelas Yuslam. Tingginya penyaluran kredit membuat perbankan kekurangan likuditas di pasar sehingga mereka berlomba-lomba mengeruk dana pihak ketiga yang akhirnya mengakibatkan perang suku bunga yang menggencet perbankan. Keadaan ini berimbas langsung pada perbankan syariah karena terjadi perpindahan dana syariah ke perbankan yang menawarkan suku bunga yang lebih tinggi sehingga mendorong perbankan syariah menaikan besaran bagi hasil agar tetap kompetitif. "Kita sendiri (Bank Syariah Mandiri) masih cukup kompetitif dan DPK kita juga tumbuh," kata Yuslam. Saat ini tingkat bagi hasil Bank Syariah Mandiri ekuivalen dengan 12 persen. Sementara itu, pengamat perbankan syariah, Adiwarman Karim mengatakan situasi saat ini tidak menguntungkan perbankan. "Ketatnya likuiditas membuat perbankan berebut dana pihak ketiga. Tentu ini kurang menguntungkan, saya kira BI (Bank Indonesia) juga melihat hal ini sangat tidak menguntungkan," paparnya. Saat ini bagi hasil perbankan syariah berada dalam kisaran 10,5 persen sehingga perbankan syariah menjadi kurang kompetitif ketimbang bank konvensional yang masih berani menawarkan bungsa hingga 12 persen. "Hal ini perlu segera diselesaikan dengan membuat likuiditas di pasar lebih longgar. Ini penting," kata Adiwarman. (*)

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2008