Kegiatan FMI yang digelar selama tiga hari ini sebagai bagian dari ikhtiar Bank Indonesia dalam mengembangkan industri busana di NTB
Mataram (ANTARA) - Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Nusa Tenggara Barat menggelar Fashion Model Incubator (FMI) 29 November hingga 1 Desember 2019 untuk melahirkan model profesional yang merupakan bagian penting dalam promosi busana berbahan baku kain tenun lokal.

"Kegiatan FMI yang digelar selama tiga hari ini sebagai bagian dari ikhtiar Bank Indonesia dalam mengembangkan industri busana di NTB," kata Deputi Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB, Wahyu Ari Wibowo di Mataram, Sabtu.

Wahyu menyebutkan jumlah pendaftar Program FMI 2019 mencapai lebih dari 100 orang di mana hanya dipilih 14 orang peserta, sehingga diharapkan seluruh peserta program yang terpilih dapat mengikuti seluruh rangkaian pelatihan secara serius dan komitmen.

"Kami juga mengharapkan peserta memiliki kepedulian untuk turut serta mendukung upaya pengembangan industri fesyen di NTB, melalui berbagai kegiatan promosi yang dilakukan," ujarnya.

Bicara tentang NTB, kata dia, tidak berbeda dengan membicarakan potensi sektor pariwisata. Kekayaan warisan budaya dan pesona keindahan alam yang dimiliki merupakan anugerah yang perlu terus dijaga dan dikembangkan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Baca juga: NTB dorong penggunaan alat tenun bukan mesin di tenun Pringgasela

Terlebih dengan telah ditetapkannya NTB sebagai "Bali Baru" atau destinasi wisata utama serta adanya pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika, di Kabupaten Lombok Tengah.

Bank Indonesia sebagai bank sentral, kata Wahyu, terus berupaya memberikan kontribusi terbaik kepada daerah dalam rangka mendukung seluruh visi misi yang telah dicanangkan terutama terkait peningkatan kesejahteraan masyarakat, mengurangi pengangguran dan penciptaan lapangan kerja.

"Melalui asesmen yang dilakukan terhadap segala aspek, Bank Indonesia menyampaikan bahwa industrialisasi merupakan salah satu strategi yang dapat dilakukan termasuk melalui pengembangan industri busana," ucapnya.

Industri busana, menurut Wahyu, sebenarnya bukan hal baru bagi masyarakat NTB. Sejak ratusan tahun silam nenek moyang masyarakat NTB telah mewariskan budaya menenun yang merupakan cikal bakal pengembangan industri busana.

Namun demikian, sangat disayangkan di mana produk yang dihasilkan oleh masyarakat masih terfokus pada lembaran kain tenun/songket saja, belum terlalu banyak perajin yang berani melakukan pengembangan produk turunan yang mampu memberikan nilai tambah produk, seperti busana siap pakai.

Melihat kondisi tersebut, Bank Indonesia berkomitmen mendukung pengembangan industri busana di NTB, mulai dari hulu hingga ke hilir, di antaranya, melakukan pembinaan kepada perajin tenun supaya mampu memproduksi kain tenun yang berkualitas dan terjangkau.

Baca juga: Presiden Jokowi kepincut kain tenun Lombok

Selain itu, melakukan pembinaan kepada perajin busana/penjahit supaya mampu memproduksi busana secara rapi, dan melakukan pembinaan kepada perancang busana/desainer supaya mampu berkreasi menghasilkan karya desain busana yang diminati.

"Tidak berhenti di situ saja, Bank Indonesia juga menyelenggarakan program FMI dengan tujuan melahirkan model lokal profesional," katanya.

Sementara itu, Kepala Dinas Koperasi dan UMKM NTB, H Lalu Saswadi mengatakan penyiapan sumber daya manusia yang berkompeten memang sangat diperlukan sebagai bentuk persiapan menghadapi persaingan global yang semakin ketat, termasuk penyiapan talenta model catwalk profesional yang sangat berperan penting dalam upaya promosi pariwisata NTB.

Baca juga: Fesyen show digelar di Mandalika angkat budaya tenun Lombok

 

Pewarta: Awaludin
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2019