New York (ANTARA News) - New York City Council atau DPRD New York pada 16 Oktober mendatang akan melakukan pemungutan suara atas sebuah resolusi yang akan menetapkan apakah mereka akan meloloskan atau menentang permintaan kalangan Muslimin di New York, termasuk Muslimin Indonesia, agar New York menetapkan Idul Fitri dan Idul Adha sebagai hari libur resmi bagi sekolah-sekolah di New York. "Resolusi yang dirancang anggota DPRD Muslim asal Harlem, Robert Jackson, tersebut telah didukung delapan orang anggota lainnya. Itu artinya perjuangan kita untuk mendapat minimal tujuh dukungan suara agar permintaan itu dipertimbangkan, sudah terpenuhi," kata pemuka masyarakat Muslimin Indonesia yang juga dikenal sebagai salah satu tokoh Islam paling berpengaruh di New York, Syamsi Ali, ketika dihubungi ANTARA, Minggu. Robert Jackson, yang berasal dari Partai Demokrat, adalah ketua komite pendidikan di DPRD New York. Menurut Syamsi, resolusi yang dirancang Jackson telah didukung oleh delapan anggota DPRD lainnya -- yang kesemuanya non-Muslim. "Voting" pertama-tama akan dilakukan di tingkat komite dan kemudian dilanjutkan di tingkat paripurna DPRD New York. Syamsi Ali sendiri merupakan salah satu tokoh di New York yang sejak awal gigih memperjuangkan usaha agar pemerintah daerah setempat meliburkan sekolah-sekolah di kota dan negara bagian New York pada saat perayaan Idul Fitri dan Idul Adha. "Kita kemarin (Sabtu, red) memberikan kesaksian di DPRD, yang intinya bertujuan untuk meyakinkan para anggota Dewan untuk mendukung kebutuhan libur bagi anak-anak sekolah pada Idul Fitri dan Idul Adha," kata sosok yang juga Ketua Dewan Masjid Al Hikmah --masjid Indonesia satu-satunya di New York. Kesaksian di depan DPRD diberikan oleh tiga imam, beberapa pelajar, pemimpin agama Kristen dan Yahudi. "Yang mengharukan adalah para pemimpin agama lain juga mendukung permintaan kita itu," ujar Syamsi. Perjuangan agar para siswa mendapat libur resmi pada Idul Fitri dan Idul Adha, cerita Syamsi, berawal pada tahun 2005. "Ketika itu kita sedang melaksanakan Idul Adha dan pada saat yang sama, kota New York justru melaksanakan ujian (sekolah). Itu artinya seluruh anak-anak kita yang harusnya pergi shalat Idul Adha, harus masuk sekolah," ujarnya. Bentrokan antara hari ujian dan pelaksanaan hari raya Islam tersebut kemudian menjadi masalah besar, yang antara lain disikapi oleh masyarakat Muslim di New York dengan mengadakan demonstrasi. Demonstrasi yang diikuti lebih dari 300 peserta -- 70 persen di antara peserta unjuk rasa adalah non-Muslim-- dilakukan di Balai Kota New York dan diikuti dengan jumpa pers oleh para pemuka agama, termasuk Syamsi Ali, di tangga gedung DPRD New York. Tuntutan yang mereka sampaikan agar tidak terjadi lagi ujian sekolah pada saat Idul Fitri dan Idul Adha akhirnya dikabulkan oleh pemerintah setempat. Melalui perundang-undangan ditetapkan bahwa sekolah-sekolah dilarang mengadakan ujian atau tes pada perayaan Idul Fitri dan Idul Adha. Sekarang, masyarakat Muslim New York memperjuangkan agar Idul Fitri dan Idul Adha ditetapkan secara resmi sebagai hari libur sekolah. Dari sekitar tujuh juta penduduk New York saat ini, diperkirakan sebanyak satu juta di antaranya beragama Islam. Optimistis Syamsi Ali mengaku optimistis bahwa DPRD akan meloloskan permintaan kalangan Muslim tersebut. Selain karena jumlah warga Muslim di New York yang dinilainya signifikan dan telah banyaknya dukungan -- bahkan dari berbagai kalangan non-Muslim, juga karena keberadaan warga Muslim makin dihargai pasca serangan teroris ke AS 11 September. "Secara umum, pengakuan terhadap umat Islam di AS, terutama di New York, semakin meningkat," katanya. Salah satu indikator penting yang diungkapkan Syamsi tentang pengakuan tersebut adalah bahwa pada Ramadhan tahun ini --untuk pertama kalinya, empat dari lima kecamatan (`borough`) di Kota New York: yaitu Manhattan, Queens, Bronx dan Brooklyn mengadakan buka puasa bersama. "Ini terobosan baru. Sebelumnya tidak ada kegiatan keagamaan seperti ini (buka puasa bersama, red)," katanya. Pengakuan terhadap Islam, juga terlihat dari makin banyaknya warga AS dan asing yang masuk agama Islam. "Puncaknya justru setelah peristiwa 11 September. Orang makin menghargai dan makin tertarik untuk mengetahui Islam yang sebenarnya," kata Syamsi. Sepanjang September 2007 hingga kini, setidaknya sudah 175 warga setempat yang mendatangi Islamic Center di New York untuk mengucapkan dua kalimat sahadat. Sementara di Masjid Al Hikmah sendiri, kata Syamsi, pihaknya sudah mengislamkan delapan warga setempat. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008