Tokyo (ANTARA News) - Tidak banyak orang Indonesia dan Jepang menyambut kedatangan Yukitoshi Tanaka, ketika tiba kembali ke Tokyo, Senin, namun kehadiran sejumlah tokoh penting bagi hubungan kedua negara dan media massa Jepang cukup menjadi penanda ketokohannya. Kedatangan Tanaka, yang kini berusia 100 tahun, tetap mendapat sambutan hangat, terutama dari kelompok masyarakat Jepang yang mencintai Indonesia. Mantan Dubes Jepang untuk Indonesia, Tazio Watanabe, sampai-sampai merasa perlu untuk memberikan sambutan. "Tuan Tanaka ini besar jasanya bagi penyangga hubungan Indonesia dan Jepang. Tanaka juga menjadi bukti dari hubungan hati ke hati antara rakyat Jepang dan Indonesia," kata Watanabe ketika ditemui ANTARA News. Bersama sejumlah orang Jepang yang mencintai Indonesia, dan juga segelintir warga Indonesia lainnya, Watanabe menyambut kedatangan Tanaka, yang sudah berganti nama menjadi Abdul Rosid, di sebuah restoran di dekat kawasan Ginza. Meski sudah berusia lanjut, Tanaka, yang sudah menjadi WNI, terlihat sehat dan masih bisa ikut melakukan kampai dengan mengangkat gelas tinggi-tinggi yang kemudian diikuti dengan jamuan makan. Pria kelahiran 20 Oktober 1907, di Tottori, Jepang itu, masih mampu berbicara dengan sahabat-sahabat Jepangnya meski dengan suara lirih. Begitu juga saat diwawancarai oleh pers Jepang baik cetak maupun elektronik, Tanaka mampu berbicara meski dibantu oleh sahabatnya. Menurut Yukiyasu Tanaka, salah seorang puteranya yang ikut mendampingi, maksud kedatangan orangtuanya ke Jepang sebetulnya untuk melakukan ziarah ke makam orangtuanya saja. Tetapi sejumlah pihak mulai dari Jakarta hingga di Jepang merencanakan beberapa kegiatan yang melibatkan Tanaka. Dubes Jepang untuk Indonesia Kojiro Shijiri bahkan menyempatkan diri bertemu dengan Tanaka sebelum berangkat ke Jepang dan ikut membantu mempercepat proses pengeluaran visa. Sebelumnya, saat pangeran Akishino berkunjung ke Indonesia, mengawali kegiatan peringatan 50 tahun hubungan persahabatan Indonesia-Jepang, keduanya malah sempat berbincang-bincang di Yogyakarta, tempat tinggalnya selama ini. Tanaka pertamaka kali ke Indonesia tahun 1928, saat berusia 21 tahun sebagai karyawan sebuah perusahaan dagang, "Arima Yoko". Pecahnya Perang Dunia II menjadikan dirinya pelarian di Indonesia, sebelum akhirnya memutuskan untuk membantu penuh pihak Indonesia dalam perang kemerdekaan. Menurut Watanabe, peran Tanaka merupakan batu loncatan bagi hubungan Indonesia - Jepang. Tanaka juga ikut menjadi pengubah citra Jepang dari hubungan yang mementingkan ekonomi menjadi hubungan dari hati ke hati. "Pilihannya benar untuk membuat dirinya sebagai pendorong bagi saling pengertian yang lebih jauh bagi hubungan kedua negara. Itu sebabnya pemerintah Jepang memberikan penghargaan atas jasa-jasanya itu," kata Watanabe yang juga merupakan Ketua Asosiasi Masyarakat Indonesia - Jepang (Japinda). Saat menjabat Dubes di Indonesia, Watanabe memberikan penghargaan tersebut. "Saya hanya ingin berperan sebagai salah satu batang kayu penyangga bagi hubungan persahabatan Indonesia dan Jepang. Hubungan ini harus tetap kuat di masa-masa mendatang," kata Abdul Rosid yang menikahi perempuan asal Bandung itu. Pengalamannya sebagai karyawan perusahaan dagang sangat membantunya ketika mengambil peran aktif dalam membantu pemulihan hubungan Indonesia - Jepang, khususnya saat Jepang membantu pembangunan proyek-proyek infrastruktur di era 1960-an. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008