Washington (ANTARA News) - Amerika Serikat menempatkan radar pertahanan rudal di Israel setahun lebih cepat daripada yang dijadwalkan untuk meningkatkan pertahanan regional terhadap rudal balistik, seorang jurubicara Pentagon menyatakan Senin. "Sistem itu telah tiba di Israel," kata Letnan Kolonel Patrick Ryder kepada AFP, dengan menambahkan bahwa sekitar 120 personel militer AS juga dilibatkan dalam penempatan itu. Penempatan sistem radar itu dilakukan di tengah meningkatnya kekhawatiran mengenai program nuklir dan rudal Iran dan pernyataan para pemimpin Iran yang mengancam melenyapkan Israel. "Radar itu akan meningkatkan dan memperluas kemampuan pertahanan rudal di kawasan tersebut, dan berfungsi sebagai penangkal serangan," kata Ryder. Pentagon sebelumnya menjadwalkan penempatan radar itu di Israel pada musim gugur 2009 untuk digunakan dalam latihan dengan orang-orang Israel, namun mempercepatnya satu tahun setelah perundingan tingkat tinggi di Washington. AS menempatkan radar serupa di Jepang pada 2006 sebagai tanggapan atas pengujian rudal Korea Utara. Radar AN/TPY2, yang juga dikenal sebagai radar X-Band, dirancang untuk melacak hulu ledak rudal balistik di angkasa dan memberi rudal darat data sasaran yang diperlukan untuk penyergapan. Ryder mengatakan, "Rudal itu merupakan salah satu sistem paling kuat yang ada untuk melacak rudal-rudal jarak sedang hingga jauh." Data dari sistem tersebut akan diberikan kepada sistem pertahanan rudal Israel, namun radar itu akan tetap dimiliki dan dioperasikan oleh AS, tambah Ryder. Awak yang mencakup sekitar 40 orang diperlukan untuk mengoperasikan dan merawat radar itu. Ryder tidak menjelaskan dimana radar itu ditempatkan, namun laporan-laporan menyebutkan bahwa sistem tersebut dipasang di Gurun Negev. Sistem radar itu ditempatkan di Israel ketika AS dan sekutunya semakin khawatir mengenai program nuklir Iran dan ancaman-ancaman Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad terhadap Israel. Ahmadinejad mendapat kecaman internasional dalam tiga tahun terakhir dengan pernyataan-pernyataannya yang anti-Israel dan meragukan dimensi historis dari Hococaust (pembantaian bangsa Yahudi) dalam Perang Dunia II. Namun, ia tetap menolak tuduhan-tuduhan anti-Yahudi. "Holocaust adalah sebuah kebohongan dan Holocaust yang sesungguhnya terjadi pada bangsa Palestina," katanya belum lama ini, dengan mengulangi sikap antagonisnya terhadap Holocaust. Ahmadinejad menyatakan lagi bahwa Iran tidak pernah mengakui kedaulatan negara Israel dan tetap membela Palestina "baik politik maupun spirit" sampai pembebasan wilayah-wilayah mereka yang diduduki. "Rejim Zionis (Israel) sedang menuju keruntuhan akhir setelah agresi 60 tahun. Sulusi final adalah sebuah referendum mengenai nasib masa depan Palestina dengan keikutsertaan semua orang Palestina, tanpa peduli apakah mereka Muslim, Yahudi atau Kristen," kata presiden Iran itu. (*)

Copyright © ANTARA 2008