Kuala Lumpur (ANTARA News) - Pemimpin oposisi Malaysia Anwar Ibrahim mencetak angka lebih baik ketimbang calon pilihan pemerintah untuk menjadi perdana menteri berikut, berdasarkan hasil jajak pendapat (poll) yang memperlihatkan masalah ekonomi menjadi perhatian utama para responden.
Anwar mengancam akan menggulingkan pemerintah yang telah berkuasa di Malaysia selama 51 tahun dan kebangkitan kubu oposisi sejak keberhasilan mereka dalam pemilihan umum Maret telah melumpuhkan pengambilan kebijakan, sehubungan para politisi penting dari pemerintah hanya sibuk memperebutkan kekuasaan.
Poll yang digelar Merdeka Center pada Senin itu memperlihatkan separuh responden yang diminta pendapatnya menyatakan keprihatinan utama di negara berpenduduk 27 juta orang itu adalah ekonomi, di tengah meningkatnya harga bahan bakar dan melonjaknya inflasi ke rekor tinggi dalam 27 tahun terakhir.
Ditanya siapakah yang lebih baik menjadi perdana menteri, 40 persen menyatakan Anwar dan 34 persen menyebut Najib Razak. Najib telah ditunjuk sebagai pengganti Abdullah yang mencetak angka 43 persen.
Perdana Menteri Abdullah Ahmad Badawi, yang menyatakan akan mundur lebih awal untuk menghindari tantangan dalam kepemimpinan menduduki urutan puncak dalam jajak pendapat itu, sekalipun popularitasnya terus menurun.
Anwar, mantan deputi perdana menteri yang dipenjarakan akibat apa yang dikatakannya sebagai tuduhan sodomi dan korupsi yang dibuat-buat pada akhir dasawarsa 1990-an disebut sebagai "pemimpin yang kuat dan visioner" dan "pengelola ekonomi yang kompeten" oleh 51 persen responden dalam poll atas 1.003 responden itu.
Ia sekali lagi menghadapi tuduhan baru melakukan sodomi yang juga ditepisnya mentah-mentah.
Anwar telah menegaskan bahwa dirinya telah memperoleh dukungan yangt cukup dari anggota parlemen pemerintah untuk mendepak Abdullah dalam mosi tidak percaya dan perdana menteri itu, Jumat, menyatakan ia akan menyerahkan kekuasaan kepada Najib, kemungkinan besar pada Maret tahun depan.
Sebelumnya Abdullah berencana akan mundur pada 2010.
Investor dan aktivis gelisah
Sejak menjadi perdana menteri pada 2004, Abdullah telah gagal melaksanakan janji-janji pentingnya, seperti mengakhiri korupsi dan mendorong kemerdekaan lembaga pengadilan.
Perselisihan mengenai kebijakan, di tambah dengan meningkatnya ketegangan rasial, telah membuat para aktivis partai dan investor gelisah.
Setahun lalu, hanya 25 persen dari mereka yang diminta pendapatnya dalam poll serupa oleh Merdeka, sebuah lembaga jajak pendapat independen, merasa khawatir dengan ekonomi dalam poll setahun lalu dibandingkan dengan 50 persen pada saat ini.
Pasar merasa panik atas berlarut-larutnya masa transisi
"Hiruk-pikuk politik tetap tinggi, yang kami pandang akan membuat nilai aset berisiko merosot, termasuk ringgit dan meningkatnya obligasi pemerintah," kata ING dalam laporan riset Asia paginya, seperti dikutip Reuters.
ING memprediksi ringgit akan merosot menjadi 3.55 per dolar, dibangdingkan dengan 3,4410, suatu depresiasi sebesar 3 persen. Mata uang lokal itu telah merosot sebanyak 3,7 persen tahun ini. (*)
Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008