Jakarta (ANTARA News) - PT Semen Bosowa Maros mengumumkan, mulai membayar cicilan pinjaman senilai Rp40 miliar ke Bank BNI dan Bank Mandiri berkaitan dengan restrukturisasi pinjaman senilai total Rp500 miliar. "Dari total utang Rp1,6 triliun kepada Mandiri dan BNI, sebanyak Rp500 miliar dijadwalkan tuntas dalam satu tahun, sedangkan selebihnya selesai dalam jangka waktu panjang atau pada 2015," kata Presiden Direktur Semen Bosowa, Erwin Aksa, di Jakarta, pekan lalu. Ia menjelaskan, pembayaran utang senilai Rp500 miliar tersebut akan diselesaikan dalam jangka waktu satu tahun dengan tingkat bunga komersial dan disesuaikan tingkat bunga Bank Indonesia (BI Rate). Adapun porsi utang yang akan diselesaikan dalam jangka pendek itu ialah Rp300 miliar kepada Mandiri, dan Rp200 miliar kepada BNI. "Dengan demikian ada percepatan untuk penyelesaian kredit dalam jangka pendek, sedangkan sisanya jangka panjang," katanya. Untuk memenuhi kesepakatan penuntasan utang dalam jangka pendek tersebut, perusahaan semen itu yang berbasis di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan terlebih dahulu akan menjual saham perdana kepada publik (IPO) yang dijadwalkan pada tahun 2009. "Sebagian dana hasil IPO ditujukan untuk menurunkan utang jangka pendek, dan sebagian lagi untuk ekspansi usaha dengan meningkatkan kapasitas produksi semen," kata Erwin. Meski begitu Erwin belum merinci lebih lanjut soal persiapan IPO yang dimaksud, sementara saat ini pasar saham sedang "bearish" (merosot) sehingga harus diperhitungkan kembali kapan saat yang tepat untuk mencatat saham di bursa efek. Ia hanya menjelaskan perusahaan mungkin akan melepas kepemilikan saham sekitar 30 persen, dengan target perolehan dan sekitar Rp1 triliun. "IPO sesungguhnya tidak hanya mendorong kemampuan melunasi utang, tetapi juga prioritas penambahan kapasitas terpasang yang saat ini masih sangat kecil," tambahnya. Menurut catatan, pangsa pasar Semen Bosowa secara nasional sangat kecil atau hanya sekitar 5 persen, sedangkan di Indonesia Timur pemain utama semen masih dikuasai Semen Tonasa hingga 50 persen, Semen Bosowa 40 persen, sedangkan sisanya atau 10 persen dikuasai Indocement. "Prospek bisnis semen di Indonesia Timur bakal meningkat seiring tingginya pertumbuhan ekonomi di kawasan itu," tegasnya. "Saat ini kapasitas produksi Bosowa sekitar 1,8 juta ton, akan ada penambahan kapasitas 2 juta ton sehingga pada akhir semester II 2009 kapasitas produksi bisa mencapai 3,8 juta ton," katanya. Terkait dana investasi yang dibutuhkan untuk peningkatan kapasitas produksi tersebut, Erwin menjelaskan ada tiga investor yang berminat masuk Semen Bosowa yaitu The Siam Cement Co Ltd (Thailand), YTL Corporation Berhad (Malaysia), Lavarge SA (Prancis). (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008