New York (ANTARA News) - Pekan yang brutal di Wall Street telah berakhir, dengan ditandatanganinya penyalamatan besar-besaran pemerintah AS atas sektor finansialnya yang bermasalah, namun para investor masih mencari-cari alasan untuk bersorak gembira. Rencana senilai 700 miliar dolar tersebut diharapkan akan membantu mendorong pemulihan akibat kehancuran sektor perumahan AS, namun beberapa orang berpendapat masih belum jelas kapan krisis kredit global yang telah mencekik kegiatan ekonomi akan mulai mereda. Paket penyelamatan besar-besaran itu "hendaknya melenyapkan kepanikan yang telah meningkat di pasar finansial AS dalam beberapa pekan belakangan ini," kata Brian Bethune, ekonom pada Global Insight. "Akan tetapi, adalah hal yang naif jika orang menyangka berbagai langkah itu saja akan menjadi obat mujarab bagi ekonomi. Ekonomi berada di tengah resesi." Indeks Dow Jones Industrial Average yang terdiri atas 30 saham unggulan anjlok 7,34 persen pada pekan ini menjadi 10.325,28, termasuk rekor penurunan Senin lalu sebanyak 777 poin. Indeks Standard & Poor's 500 yang mencakup pasar yang lebih besar bahkan mengalami pelemahan yang lebih besar lagi, yakni 9,39 persen untuk pekan ini menjadi 1.099,23, sedang indeks komposit yang terdiri atas saham-saham teknologi anjlok 10,8 persen menjadi 1.947,39. Pekan yang membuat perut seperti teraduk-aduk di Wall Street terjadi di tengah pembekuan lebih jauh pasar kredit global, langkah yang sama saja dengan penutupan pinjaman antarbank dan dapat semakin menekan ekonomi yang sudah melemah. "Terjadi kecemasan dan kepanikan yang hampir tak tertahankan lagi di pasar finansial dewasa ini. Bagi para investor, tampaknya saat ini hanya ada sedikit tempat untuk bersembunyi," ujar Scott Anderson di Wells Fargo Economics kepada AFP. Para analis Standard & Poor's menyatakan pembekuan itu merupakan situasi dimana "ketakutan mengalahkan fundamental". Pasar telah mendapat peringatan mengenai lemahnya ekonomi, dengan data memperlihatkan pemutusan hubungan kerja pada September yang mencapai 159.000 orang. Sebelumnya pada pekan ini, data menunjukkan penurunan tajam sebesar 4 persen pesanan pabrik. Indikasi lain yang menggarisbawahi terjadinya kelesuan ekonomi adalah merosotnya penjualan mobil AS pada bulan lalu, ketika ekonomi yang makin memburuk membuat berbagai ruang pamer mobil berubah seperti kota hantu dan para pembuat mobil utama melaporkan penurunan sebanyak 37 persen. (*)

Copyright © ANTARA 2008