Bojonegoro (ANTARA News) - Pengusaha angkutan umum di Bojonegoro merasa dirugikan angkutan gratis yang didukung sejumlah perusahaan swasta, partai politik (parpol) dan Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan (LLAJ). Seorang pengusaha bus Margojoyo di Bojonegoro, Gatot Prabowo, kepada ANTARA News, Sabtu, mengemukakan bahwa adanya angkutan lebaran gratis yang digelar berbagai elemen masyarakat pada Idul Fitri tahun ini, perlu dikaji ulang untuk perbaikan angkutan lebaran di tahun mendatang. Pemerintah, lanjutnya harus bersikap tegas melarang adanya angkutan lebaran gratis tersebut karena sangat merugikan kendaraan angkutan umum. Sebab, rata-rata kendaraan yang dimanfaatkan untuk angkutan gratis tersebut tidak dilengkapi ijin trayek. "Untuk angkutan mudik dari Jakarta ke daerah di Jawa Timur, memang ada yang menyewa bus milik saya ke Bojonegoro," kata pemilik 30 bus berbagai jurusan di Jawa Timur itu. Tetapi, lanjutnya, karena kemacetan jalur perjalanan dari Jakarta ke daerah tujuan di Jawa Timur, mengakibatkan perjalanan molor sehari. "Pada hari raya mendatang, sebaiknya angkutan lebaran dikembalikan kepada angkutan umum yang ada, sedangkan Pemerintah menyempurnakan angkutan umum seperti Kereta Api (KA)," katanya. Penyempurnaan KA, tambahnya Pemerintah mempertimbangkan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk KA. Karena selama ini KA mendapatkan subsidi BBM sehingga tarif karcis jauh lebih murah dibandingkan bus. "Contohnya, tarif Bojonegoro-Surabaya KA Rp8.000, sedangkan bus Rp15.000 , " katanya menjelaskan. Karena itu, lanjutnya, pada hari raya Idulfitri tahun ini hampir semua bus yang beroperasional di Bojonegoro, tidak berani menaikkan tarif. Sementara itu, data yang diperoleh ANTARA menyebutkan, angkutan gratis balik ke arah Surabaya dari Bojonegoro, yang digelar Dinas Lalu Lintas Jalan (LLAJ) Provinsi Jawa Timur, kurang diminati masyarakat. Sejak pembukaan pendaftaran di Kantor Balai Pelayanan Lalu Lintas Angkutan Jalan (LLAJ) perwakilan VII Bojonegoro, pendaftar angkutan gratis baru 77 orang. Rinciannya, penumpang berangkat pada 6 Oktober 42 orang, 8 Oktober 35 orang, sedangkan 7 Oktober masih kosong. Direncanakan, angkutan gratis selama tiga hari itu, setiap harinya dua bus atau sekitar 110 orang. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008