Jakarta, (ANTARA News) - Bank Indonesia dan pemerintah terus memperkuat koordinasi seiring dengan krisis perekonomian di AS yang semakin memburuk. "Dalam beberapa kesempatan bersama Menko sering melakukan koordinasi dan komunikasi apalagi dalam situasi gunjang-ganjing perekonmian saat ini, sangat penting melakukan koordinasi dan merapatkan," kata Gubernur Bank Indonesia Boediono dalam jumpa pers di Jakarta, Minggu. Menurut dia, saat ini BI dan Pemerintah bersatu untuk melindungi Indonesia dari dampak krisis AS. "Tugas kita adalah melindungi rumah kita itu dengan pagar-pagar kita sendiri, asal kita sendiri tidak ribut di dalam, kalau kita sendiri tidak sepaham barangkali rumah kita akan terkena lebih parah lagi," katanya. Hal yang sama diungkapkan Menteri Keuangan Sri Mulyani. Menurut dia koordinasi tak hanya dilakukan setingkat menteri, namun juga jajaran-jaran di bawahnya. Sementara itu, Boediono mengatakan imbas dari krisis AS saat ini masih minimal namun tetap perlu diwaspadai sebab krisis tersebut kemungkinan akan berlangsung lama. Pada saat krisis tersebut memiliki imbas yang lebih kuat maka Indonesia telah siap menghadapinya. Ia mengatakan saat ini fundamental perekonomian Indonesia cukup baik. Untuk sektor perbankan menurut dia saat ini cukup kuat. Ia mengatakan hingga Agustus 2008 pertumbuhan kredit 36 persen, dengan CAR (rasio kecukupan modal) 16 persen lebih tinggi dari CAR minimum delapan persen yang dipersyaratkan dan NPL (kredit macet) 3,95 persen. Namun, pihaknya akan terus memperkuat sektor perbankan, misalnya dengan menyesuaikan pertumbuhan kredit yang saat ini dirasa cepat. "Ini barangkali situasi yang perlu disesuaikan karena kredit yang cepat," katanya. Ia mengatakan Indonesia saat ini memiliki fase yang berbeda dari negara-negara Eropa dan AS. Menurut dia, Eropa dan AS saat ini mengalami masalah dalam menyalurkan kredit karena ketatnya likuiditas (liquidity squeeze) akibat krisis finansial. Menurut dia, di Indonesia sebaliknya. Perbankan yang terlalu cepat dalam penyaluran kreditnya sehingga pertumbuhan kredit sangat tinggi, saat ini justru mengalami sebaliknya. Untuk itu pihaknya berusaha agar kredit tidak terlalu cepat untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.(*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008