Jakarta (ANTARA News) - Ketua Presidium Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Palar Batubara, di Jakarta, Selasa mempertanyakan sikap menteri di Kabinet Indonesia Bersatu menghadapi krisis keuangan global yang terkesan amat tidak punya konsep jelas. "Ini cermin dari keadaan bahwa perekonomian kita memang telah terjebak pada sistem kapitalisme internasional sehingga sampai saat ini sepertinya tak ada persiapan jelas menghadapi krisis keuangan global yang berawal dari runtuhnya industri keuangan di Amerika Serikat," katanya kepada ANTARA. "Kami dari alumni GMNI berpendapat, seorang Presiden RI sesungguhnya tak perlu berbicara masalah-masalah teknis seperti itu dalam kaitan tentang upaya menghadapi krisis keuangan global," katanya pula. Presiden Yudhoyono telah menyampaikan 10 langkah untuk menghadapi masalah tersebut. Empat di antaranya, yaitu gencarkan penggunaan produksi dalam negeri, tangkap peluang perdagangan internasional yang dapat dimanfaatkan, perlunya pemerintah menyatukan langkah strategis dengan Bank Indonesia (BI) serta jangan lakukan politik non partisan hadapi krisis itu. "Ini kan terlampau teknis bagi seorang Presiden. Lalu, apa kerjaan para menteri. Kami tak mau Presiden dikesankan jadi dosen untuk rakyat umum, lalu berbicara di depan televisi seperti itu," kata Palar Batubara. Semua itu, menurut dia, berawal dari ketiadaan konsep yang jelas atau modus operandi baku khas Indonesia, bila tiba-tiba menghadapi siatuasi seperti ini. Aksi Politik Wakil Sekjen Presidium Persatuan Alumni (PPA) GMNI Victus Murin, mengusulkan aksi politik nyata menghadapi fenomena global, khusus krisis industri keuangan. "Kembali ke konsep `berdiri di atas kaki sendiri`. Berdikari-nya Bung Karno, seperti spirit swadeshi Mahatma Gandhi di India. Ini aksi politik nyata yang harus dilakukan, sekaligus untuk mulai melepaskan ketergantungan ekonomi maupun politik Indonesia dari sistem imperalisme serta kapitalisme global yang berpusat di Amerika serta digerakkan oleh kaki tangannya di Singapura Hongkong serta Australia," katanya. Bagi GMNI krisis industri keuangan global, sekaligus dalam rangka 100 Tahun Kebangkitan Nasional, sesungguhnya ini momentum sangat tepat untuk memulai gerakan aksi politik nyata tersebut. "Contoh saja apa yang bisa dilakukan dan baik untuk kita tiru di India, juga Cina sekarang. Di sana, seorang kepala negara tidak terpengaruh untuk didorong tampil berbicara teknis menghadapi krisis keuangan global. Cukup para menterinya saja. Karena apa? Mereka sudah punya modus operandi khas menghadapi berbagai gejolak global," kata Victus Murin. (*)

Copyright © ANTARA 2008