Jakarta (ANTARA News) - Sebanyak 14 BUMN besar diminta ikut memperhatikan kondisi makro ekonomi dengan mengalihkan rekening dolar AS yang di miliki ke sistem perbankan nasional, terkait situasi krisis keuangan global saat ini. "Kita minta mereka ikut memperhatikan kondisi ekonomi di dalam negeri. Dolar AS yang dimiliki oleh BUMN bisa menambah cadangan devisa," kata Menneg BUMN, Sofyan Djalil, di Kantor Menneg BUMN, Jakarta, Rabu. BUMN-BUMN tersebut juga diminta berkoordinasi dengan Bank Indonesia dalam pemenuhan kebutuhan dolar AS. Menurut Sofyan yang juga Pelaksana Tugas (Plt) Menteri Keuangan itu, 14 BUMN tersebut meliputi PT Pertamina (Persero), PT PLN (Persero), PT Timah Tbk., PT Aneka Tambang Tbk., PT Bukit Asam Tbk., PT Pupuk Kaltim, PT Perkebunan Nusantara (PTPN) III, PTPN IV, PTPN V, PTPN VII. "Mereka sudah dipanggil kemarin malam (Selasa, 7/10). Mereka merupakan BUMN yang memiliki rekening dalam bentuk dolar AS dan memiliki pendapatan (revenue) dolar," katanya. Menurut Sofyan, tanggapan perusahaan-perusahaan tersebut baik, dan semua mengikuti arahan pemerintah. "Secara reguler mereka melaporkan `treasury management` kepada pemerintah dan BI," katanya. Meski begitu Sofyan tidak menyebutkan berapa besar dolar AS BUMN yang bisa dialihkan ke dalam sistem perbankan nasional. Ia hanya menjelaskan, selain potensi pendapatan dolar AS, terdapat juga BUMN yang membutuhkan valuta asing dalam jumlah besar untuk kegiatan operasional. Pertamina misalnya, butuh valas lebih dari 6 juta dolar AS dalam sepekan untuk keperluan impor minyak mentah dan produk jadi. Demikian halnya dengan PLN butuh dana untuk keperluan pembangunan pembangkit listrik 10.000 MW. "Mereka ini butuh dolar, akan tetapi akan dikendalikan dengan meningkatkan penggunaan biodiesel sehingga bisa menganggu kurs," katanya. Lebih lanjut dijelaskan Sofyan, akan mengutamakan perhatian ekstra kepada BUMN memiliki pendapatan dolar AS, serta memiliki proyek dengan pembiayaan menggunakan dolar AS. Sejauh ini sebagian besar perusahaan "plat merah" itu telah menempatkan simpanan dolar AS itu ke bank-bank domestik. "Jadi, sebagian besar dana valas mereka sudah di Indonesia," tegas Sofyan. (*)

Copyright © ANTARA 2008